Senin, 20 Oktober 2014

Tanpa Sadar Orangtua Bisa Ajarkan Balas Dendam pada Anak

Karena kesal, terkadang anak-anak berusia 2-3 tahun tidak segan memukul orangtuanya. Tidak terima, orangtua terkadang memukul balik anaknya. Meski mungkin orangtua hendak menanamkan 'jika tidak mau sakit karena dipukul, maka jangan memukul' namun hal ini, boleh jadi, tanpa disadari mengajarkan balas dendam pada anak.


"Kalau orangtuanya memukul balik, itu jadi pelajaran penting bagi anak, di mana mereka jadi belajar balas dendam. Padahal seharusnya balas dendam tidak perlu ada, dan yang perlu adalah defence," jelas psikolog anak dan remaja, Ratih Zulhaqqi, dalam perbincangan dengan detikHealth dan ditulis pada Selasa (14/10/2014).

Lalu apa yang orangtua harus lakukan saat anaknya memukul? Ratih menyarankan agarorang tua memegang tangan anak yang bersiap memukul sembari memberi pengertian atau mengalihkan perhatian. "Mungkin bisa sambil bilang 'mau panggil mama ya, Nak. Kalau mau panggil nggak usah mukul, dielus saja'. Untuk anak-anak 2-3 tahun, ini memang harus dialihkan," tuturnya.

Sedangkan untuk anak-anak yang lebih besar, usia 4-5 tahun, menurut Ratih sudah perlu diberikan pelajaran tentang konsekuensi. Jadi orangtua memberikan pemahaman kepada anak bahwa selalu ada konsekuensi atas apa yang dia lakukan. Jika anak melakukan perbuatan yang tidak baik, maka harus dibuat konsekuensi, misalnya harus membersihkan halaman.

"Bisa dibilang kok ke anak 'karena kamu sudah memukul dan memukul itu tidak baik, jadi kamu dapat konsekuensi'. Dengan begitu anak akan lebih bertanggung jawab atas apa yang dia lakukan. Ini tidak muncul begitu saja, tetapi harus dibiasakan," lanjut perempuan berjilbab ini.

Semua anak, umumnya memiliki masa temper tantrum alias perilaku marah pada anak-anak. Ini sangat wajar terjadi. Meskipun wajar, namun jangan lantas anak dibiarkan saja melakukan apa pun sesukanya untuk mengekspresikan kemarahannya. Jika anak terbiasa mengekspresikan marahnya dengan cara negatif, maka dia akan terbiasa hingga dewasa.

"Jadi yang terpenting adalah respons orangtua. Saat anak menendang kaki ibunya, perlu dikasih tahu, misalnya barang yang bisa ditendang itu bola. Jadi perlu ada penjelasan bahwa apa yang dilakukan anak itu tidak sepenuhnya salah, melainkan tidak tepat. Maka itu yang tepat perlu dijelaskan," sambung Ratih.

Ratih kembali mencontohkan, saat anak kesal, alihkan kemarahan anak ke hal-hal menyenangkan yang bisa membuat emosinya turun. Misalnya jika anaknya suka susu cokelat, saat dia marah, ajarkan melepaskan emosi dengan meminum susu cokelat. Ketika melakukan hal menyenangkan, tentu perasaan anak akan membaik.

"Anak-anak belum tahu apa pun, mereka tidak tahu cara-cara untuk melepaskan emosi, sehingga mereka perlu diajari. Jangan juga melabeli dengan hal-hal negatif, misalnya dengan mengatakan dirinya anak nakal, karena nantinya self control anak bisa jadi negatif," ucap Ratih.

Perilaku balas dendam anak dengan cara brutal baru-baru ini menjadi perhatian, setelah video berdurasi 4 menit 15 detik yang menggambarkan adanya kekerasan pada siswi SD beredar. Siswi berjilbab itu menjadi sasaran pukulan dan tendangan teman-temannya. Rupanya pemukulan itu diterima siswi tersebut setelah sebelumnya dia menghina salah satu orangtua siswa. Karena tidak terima, siswa pun membalas hinaan itu dengan pemukulan.

Peristiwa terjadi saat pelajaran agama. Guru yang mengajar saat itu sedang meninggalkan kelas untuk mengajar di sekolah lain. Menurut Kepala Bidang TK dan SD Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kota Bukittinggi, kejadian ini sudah ditangani. Korban, pelaku, orangtua, dan pihak sekolah sudah dipertemukan untuk menyelesaikan masalah tersebut.

Sumber: detikHealth

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...