Manusia tidak pernah tahu, apakah usianya nanti akan sepanjang polemik sastra di Indonesia, atau sesingkat isapan rokok. Manusia hanya tahu, usia membentang dari lahir ke mati, sejak tangis tunggal sampai tangis massal. Hari-hari ini kita dibikin terkejut oleh kabar wafatnya Wijaya Herlambang, yang masyhur lewat buku Kekerasan Budaya Pasca 1965: Bagaimana Orde Baru Melegitimasi Anti-Komunisme Melalui Sastra dan Film (2013). Pasalnya, Wijaya Herlambang terhitung muda dan masih penting perannya dalam kajian sastra Indonesia. Buku yang ditulisnya pun sekadar awal, dari pertanyaan-pertanyaan yang muncul kemudian.