Dulu di tahun 1980-an, grup musik qasidah tenar Nasida Ria menyanyikan lagu berjudul “Tahun 2000″. Selain tentu saja berisi ajakan iman dan taqwa, lirik lagu itu menggambarkan imajinasi tentang kondisi kehidupan pada dua dekade ke depan.
“Tahun 2000 kerja serba mesin, berjalan berlari menggunakan mesin, manusia tidur berkawan mesin, makan dan minum dilayani mesin, sungguh mengagumkan tahun 2000…”
Semasa dengan Nasida Ria, Iwan Fals menyanyikan “Oplet Tua”. Nah, ada cuilan lirik yang menarik.
“Oh bapak tua pemilik oplet tua, tunggu nanti di tahun 2001, mungkin opletmu jadi barang antik yang harganya selangit.”
Menyimak Nasida Ria dan Iwan Fals saja, kita jadi tahu bahwa kita belum ke mana-mana.
Sekarang sudah tahun 2015, Sodara. Sudah lebih dari satu dasawarsa melampaui apa yang difantasikan oleh kedua lagu itu. Dan kita masih makan-minum pakai piring dan sendok, maksimal cuma ditemani blender dan magic com penanak nasi. Kita masih berjalan dan berlari pakai kaki, maksimal dilayani sepeda, motor, atau mobil–mesin-mesin yang pada era Nasida Ria pun sudah ada.
Lalu, gimana Iwan? Boro-boro oplet jadi barang antik yang dilelang di Christie Singgapur. Kebanyakan cuma diremuk jadi besi kiloan, bahkan mungkin masih banyak yang dioperasikan.
Kita memang terlalu optimis melihat masa depan, Sodara. Padahal, yahh, pada kenyataannya kita ini bergerak terlalu lamban.
Nggak heran, kebanyakan kita malu kalau ditanya tentang umur kita. Di Fesbuk saja, kita selalu dengan eksib memajang foto-foto rumah kita, mobil baru kita, tapi.. mana mau memajang tahun kelahiran kita? Haha.
Lantas pertanyaan pentingnya, kenapa kita malu dengan umur kita? Jawabannya simpel saja: karena kita menjadi tua, tapi belum banyak berbuat apa-apa.
Iqbal Aji Daryono
Sumber: Bersisik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar