Dunia memang masih memiliki opini yang berbeda-beda tentang Kuba “merah” yang Fidel Castro besarkan sejak 1959. Amerika Serikat masih melihat Kuba sebagai sumber bencana di depan pintu rumahnya sendiri. Rusia masih berkawan baik dengan Kuba, walau sentimen komunisnya sudah lenyap.
Tampilkan postingan dengan label Geotimes. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Geotimes. Tampilkan semua postingan
Selasa, 03 Januari 2017
Minggu, 01 Januari 2017
Perubahan Iklim dan Dunia yang Terancam Kelaparan-Kemiskinan
Di balik optimisme peningkatan kondisi perekonomian gobal, ternyata kemiskinan tetap menjadi ancaman yang mengintai masyarakat di berbagai belahan dunia. Ketika Konferensi Komite Keamanan Pangan Dunia ke-43 di Roma, Oktober lalu, digelar, Perserikatan Bangsa-Bangsa mengekspose laporan terbaru yang berjudul State of Food and Agriculture 2016. Laporan itu berisi kemungkinan terjadinya kemiskinan ekstrem global karena anomali cuaca dan perubahan iklim yang makin tidak bersahabat.
Jumat, 30 Desember 2016
Adios, Companero Fidel Castro!
Tahun 1959, Presiden Batista digulingkan oleh kelompok komunis revolusioner bersenjata. Mereka mengambil alih kekuasaan dan menetapkan pemerintahan populer baru. Setahun kemudian 6.000 dokter dan tenaga medis profesional memilih eksil. Menyusul di tahun 1963, sekitar 3.000 guru dan sarjana yang minggat. Mayoritas menyeberang ke Florida, Amerika Serikat. Mereka tidak ingin tinggal dan diperintah oleh rezim komunis yang baru saja menggulingkan seorang diktator.
Jumat, 06 Mei 2016
Omong Reklamasi Minus Politik
Pembicaraan tentang reklamasi kini sudah sangat bergeser. Kebanyakan di antara yang membicarakannya percaya bahwa ini “cuma” urusan politik. Tepatnya, pertempuran antara mereka yang mendukung dan menentang Gubernur Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Ini cuma urusan Jakarta 2017, demikian pandangan banyak “pengamat”. Tentu, pandangan ini menafikan bahwa urusan Teluk Benoa sulit dikaitkan dengan Ahok, juga bahwa reklamasi itu sebetulnya terjadi di 17 provinsi di Indonesia.
Rabu, 17 Februari 2016
Koran Tumbang, Jurnalisme Bertahan
Pada tahun 2014, Serikat Perusahaan Pers (dahulu Serikat Penerbit Suratkabar – SPS) menerbitkan sebuah buku kecil berjudul Umur Koran Masih 100 tahun. Buku kecil ini berisikan wawancara dengan sejumlah tokoh surat kabar nasional dan lokal tentang masa depan media cetak dan hampir semua mengucapkan optimisme yang sama menghadapi situasi pada dekade kedua abad ke-21.
Kamis, 11 Februari 2016
Jihad Versus Industri Senjata
Jika Anda menyaksikan teroris beraksi, apa yang sangat menonjol Anda kenali? Mungkin seseorang meneriakkan jihad. Tapi juga senjata, bukan? Yang terus bertahan di benak saya adalah Osama Bin Ladin berdiri di atas mobil Toyota membawa Kalashnikov.
Rabu, 10 Februari 2016
Komersialisasi Air
Di Indonesia, khususnya Jakarta, air tidak mengalir dari tempat tinggi ke tempat rendah. Air mengalir ke tempat yang ada uangnya. Siapa yang berpunya, ia yang menikmati air dan sebentuk hak asasi manusia.
Selasa, 09 Februari 2016
Pers Kita dan Jurnalisme Tanda Tanya
Sampai berapa jauh pers Indonesia akan memberitakan kasus pembunuhan Wayan Mirna Salihin? Sampai kebenaran akan sangkaan atas Jessica terwujud atau sampai muncul kasus publik baru yang tidak kalah kontroversial?
Risma, Angela Merkel, dan Budaya Patriarki
Budaya dan adat-istiadat penghuni bumi ini memang umumnya tidak menomorsatukan perempuan. Dari sekian ribu suku bangsa di dunia, secara antropologis biasanya mereka merupakan suatu komunitas yang patrilineal. Hanya beberapa suku bangsa dunia yang matrilineal, misalnya suku bangsa Minangkabau dan bangsa Rusia.
17 Tahun Tragedi Semanggi
Aku masih ingat betul ketika pertama kali menjejakkan kaki di sebuah kampus yang berdiri kokoh di bilangan Sudirman. Saat itu yang ada di pikiranku hanya kuliah serius, mencari teman, dan bersenang-senang. Maklum, biaya kuliah di universitas swasta cukup memeras pikiran dan tenaga kedua orangtua. Aku diwanti-wanti untuk lulus tepat waktu, jadi sarjana, lalu bekerja. Namun, siapa sangka, sebuah peristiwa mengubah semua rencana dan cara pandangku pada sebuah realita.
Nawa Cita Jokowi dan Tragedi Ahmadiyah
Kami merasa tak memiliki pemerintah. Kami dilarang beribadah. Warga membunuh saudara kami. Pemerintah setengah hati melindungi, membiarkan kami mengungsi (Nayati, Jemaah Ahmadiyah Cikeusik, Pandeglang, 2015)
Beragama di Tengah Keragaman
Berselancar di media sosial itu sungguh mengasyikkan. Ia seperti samudera hikmah, walau bukan samudera kebenaran. Dalam arti, tak semua yang ada di media sosial itu benar. Bahkan, dalam kondisi masyarakat yang kian sengit akan sentimen, bisa jadi akan lebih banyak kesalahan ketimbang kebenaran di media sosial.
Senin, 08 Februari 2016
Pak Jokowi, Ini Alasan Saya Menolak Proyek Kereta Cepat
Proyek kereta cepat Jakarta-Bandung menuai kontroversi. Banyak yang mendukung. Tak kurang pula yang menentang. Maaf, Presiden Jokowi, saya termasuk di barisan penentang.
Terorisme dan Tindakan Main Hakim Sendiri
Catatan 25 September 2010
Dengan nada bangga Kapolri Jenderal Pol Bambang Hendarso Danuri menunjukkan kehebatan polisi dalam memberantas terorisme. Sebanyak 44 teroris, kata dia, telah ditembak mati dalam 10 tahun terakhir.Senin, 11 Januari 2016
Modal Asing dan Kolesterol
Tubuh membutuhkan kolesterol. Tanpa lemak ini kita bisa kehilangan gairah seks, misalnya, karena rendahnya hormon kelamin. Kolesterol juga memelihara keseimbangan kimiawi dalam tubuh, serta merangsang pertumbuhan jaringan otak dan saraf.
Perempuan-perempuan Perkasa
Juhani hanya pedagang jagung dan pisang goreng. Tapi, kesempatan berkeliling menjajakan makanan di desanya, Desa Nipa, Pulau Sumbawa, dimanfaatkan pula untuk berkampanye anti-kekerasan dalam rumah tangga. Dia mengajari para perempuan mencegah, melawan, dan melaporkan kekerasan.
Kamis, 31 Desember 2015
Bukan Menara Gading
Di atas Selat Madura pada 1971 sebuah pesawat terbang meledak dan jatuh ke laut biru. Seluruh penumpang raib. Tak ada yang tahu pesawat meledak karena menabrak mesin waktu. Satu orang selamat, tapi terdampar ke masa silam.
Belajar dari Tsunami
Menyusuri pantai barat Aceh dengan perahu di hari kelima setelah tsunami, 10 tahun lalu, saya hanya bisa membayangkan betapa dahsyat gelombang laut menghajar daratan.
Rabu, 30 Desember 2015
Kado Natal untuk Papua
Pelajaran Geografi atau IPS di bangku sekolah masa Orde Baru memperkenalkan kita deretan 27 provinsi dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia. Saat itu salah satunya adalah Provinsi Irian Jaya, yang sebelumnya adalah New Guinea, dan saat ini menjadi Papua. Berkali-kali berganti nama pada kenyataannya tidak membuat nasib rakyat Papua bergeser dari kemiskinan dan keterbelakangan, sekalipun kandungan perut buminya tak ada duanya (apalagi tiga) di tempat lain.
Natal dan Teologi Cinta
Dulu saat masih remaja, saya (dan mungkin sebagian besar kita) dijejali dengan doktrin kebencian terhadap agama lain, terutama Kristen. Kalau melintasi gereja dan melihat orang-orang menghadiri upacara misa di dalamnya, dada kita terasa mangkel menahan gejolak benci, dendam, dan kehendak untuk menyerang.
Langganan:
Postingan (Atom)