Partisipasi warga dalam mengusung Jokowi sebagai presiden sering dilihat sebagai peningkatan dalam demokrasi Indonesia. Pemerintahan yang dijalankan Jokowi, sayangnya, berpotensi mengkhianati dukungan warga.
Tampilkan postingan dengan label Remotivi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Remotivi. Tampilkan semua postingan
Sabtu, 14 November 2015
Jungkat-Jungkit Reformasi
Melindungi Jurnalis di Era Digital
Perkembangan teknologi informasi membawa ancaman baru terhadap jurnalis dan kebebasan pers.
Jumat, 13 November 2015
Rasisme di Media
Atribusi ras dalam berita kadang dilihat sebagai hal yang lumrah. Namun, tanpa kehati-hatian, pengungkapan identitas ras justru bisa meningkatkan ketegangan sosial.
Rating Televisi Hanya Mengedepankan Kuantitas
Keluhan Presiden Jokowi tentang tayangan televisi yang tidak sehat menohok industri pertelevisian. Lembaga rating pun tak luput dari sorotan.
Belajar dari Pembunuhan Wartawan Televisi Amerika
Dua wartawan televisi lokal Amerika ditembak mati ketika sedang menyiarkan berita. Liputan berbagai media mengenai peristiwa tersebut memunculkan diskusi tentang etika jurnalistik.
Teknologi Digital dan Kebudayaan
Reduksi teknologi tak selalu berarti mengurangi, melainkan juga menambah keragaman ruang sosial.
Membedah Televisi Digital: Antara Potensi Teknis dan Kepentingan Politis (Bagian I)
Digitalisasi televisi di Indonesia adalah keniscayaan. Meski proyek ini menumbuhkan sejumlah harapan, ia masih menyisakan banyak catatan.
Kamis, 12 November 2015
Mahasiswa Indonesia dan Kelahiran Orde Baru
Pers memiliki peran signifikan dalam melegitimasi dan mendefinisikan Orde Baru. Riset Francois Raillon membuktikannya.
Senin, 26 Oktober 2015
Survei KPI, Cermin Yang Buram
KPI baru saja merilis hasil riset indeks kualitas siaran televisi yang ketiga. Metode penelitian yang dipakai sama bermasalahnya dengan keberadaan riset ini sendiri.
Senin, 31 Agustus 2015
Membaca Gerak Industri Televisi
Industri televisi swasta tumbuh dalam kontradiksi. Tegangan antara institusi bisnis dan institusi sosial.
Minggu, 30 Agustus 2015
Rutinitas Berita dan Sinisme Terhadap Buruh
Pemberitaan miring terhadap gerakan buruh makin marak di media massa. Ada apa dengan wartawan?
Jumat, 28 Agustus 2015
Agustus dan Kekalahan Publik
Mulanya, TV di Indonesia muncul dengan semangat persatuan nasional. Apakah hal yang sama juga terjadi hari ini?
Kamis, 27 Agustus 2015
Kontribusi Untuk Kritik Ideologi dan Ekonomi-Politik Televisi (Bagian I)
Sebuah perenungan ulang atas problem-problem penyiaran Indonesia.
Rabu, 26 Agustus 2015
Masyarakat Pasca-Kolonial dan Pengelolaan TV ala Orba
Bagaimana pekerja media melihat TV? Sebagai bahan bacaan rasional, atau ritual?
Selasa, 25 Agustus 2015
Mempertanyakan Peran Pemantau Media
Reformasi 1998 memberi kita kebebasan pers. Tapi, untuk siapakah kebebasan pers?
Senin, 24 Agustus 2015
Membaca Media Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama
Meniti kisah Suara Muhammadiyah dan Duta Masyarakat, dua terbitan bersejarah milik Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama.
Minggu, 23 Agustus 2015
Sensasi dan Kekerasan dalam "Pos Kota"
Dengan gaya jurnalisme yang meledak-ledak dan vulgar, Pos Kota menjadi salah satu pelopor jurnalisme kuning di Indonesia.
Sabtu, 22 Agustus 2015
Apakah Jurnalisme Masih Relevan?
Dengan semakin berkembangnya teknologi, arus informasi makin deras. Publik mesti cerdik memilah informasi untuk dicerap.
Kamis, 20 Agustus 2015
Menguji Logika Pandji
Industri TV seakan dilepaskan dari tanggung jawab sosial dan hukumnya. Mereka, oleh logika Pandji, dibiarkan bekerja dalam mekanisme pasar.
Rabu, 19 Agustus 2015
Media dalam Benak SBY dan Tokoh Publik Kita
Apa beda demokrasi dan oligarki media di benak Presiden kita?
Langganan:
Postingan (Atom)