PERUMAHAN layak bukan hanya kebutuhan pokok seseorang dan keluarganya, namun juga merupakan salah satu hak manusia yang paling dasar. Sayangnya, hal tersebut selalu diabaikan oleh negara dan aparat pemerintahan. Sepuluh tahun lalu, melalui UU No. 11/2005, Republik Indonesia telah meratifikasi Kovenan Internasional tentang Hak-Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya. Berdasarkan UU tersebut, Indonesia harus mematuhi seluruh ketentuan standar internasional hak asasi manusia serta berkewajiban menghormati, melindungi, dan mewujudkan secara bertahap (progresif) hak-setiap orang atas perumahan yang layak (right to adequate housing) dan dilarang melakukan penggusuran paksa (forced eviction) dengan alasan apa pun. Artinya, perwujudan hak atas perumahan yang layak juga bisa diklaim kepada negara.
Tampilkan postingan dengan label Prisma. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Prisma. Tampilkan semua postingan
Sabtu, 29 Agustus 2015
Sabtu, 25 Juli 2015
Kecepatan Provokasi Media Daring
DALAM sebuah konflik, kebenaran adalah korban pertama. Demikian dijelaskan Philip Knightley, wartawan penulis buku The First Casualty: A History of War, Correspondents and Propaganda (2000). Pangkalnya, pelbagai berita dan kabar burung, baik yang telah disensor maupun tidak, melesat lebih cepat daripada fakta yang sebenarnya terjadi, untuk memenuhi keingintahuan orang-orang di luar wilayah konflik.
Rabu, 24 Juni 2015
Di mana Bung Karno Lahir? Nusantara!
HANYA ibu kandung yang tahu persis di mana seseorang dilahirkan. Dalam spekulasi paling liar pun, bapak kandung bisa dikatakan tidak tahu persis di mana dan kapan anaknya lahir. Demikianlah dalam seluruh kontroversi tempat kelahiran Bung Karno; hanya ibunya yang tahu dan bisa memberikan kesaksian.
Selasa, 16 Juni 2015
Pak Dul: Miskin Harta Kaya Jiwa
ABDUL Syukur alias Pak Dul sontak menjadi buah bibir banyak pihak sejak foto dan profilnya diunggah Hilman Utomo di media sosial Facebook, ditulis dalam rubrik “Sosok” Harian Kompas 17 Mei 2015, ditayangkan stasiun televisi TV One 27 Mei 2015, serta diangkat dan diulas Mochtar Pabottingi dalam artikel di Harian Kompas 4 Juni 2015.
Jumat, 05 Juni 2015
Negeri Pertanian yang Meremehkan Pertanian
PADA hari Senin, 18 Mei 2015, untuk merayakan ulang tahunnya ke-70, HS Dillon, PhD, seorang ahli ekonomi pertanian tamatan Cornell University, Amerika Serikat, yang menghabiskan sebagian besar hidupnya membela kaum tani, membawakan sebuah orasi kebudayaan bertajuk “Kemiskinan-Kesenjangan: Perbuatan atau Pembiaran?” di Taman Kecil Taman Ismail Marzuki (TIM) yang dihadiri ratusan orang dari segala lapis kaum terpelajar.
Langganan:
Postingan (Atom)