Kamis, 18 Februari 2016

Bung Rudiantara, Carilah Memek atau Kontol di Twitter, FB, atau Instagram!

Eh, Bung, nganu… coba cari kata “memek” atau “kontol” di tumblr, twitter, facebook, instagram, atau youtube. Situ bisa bandingkan di medium yang mana gambar-gambar ireng yang kagak diburemin itu (maksudnya: gambar-gambar jembut) lebih banyak ditemukan. Coba jembrengin juga kata “gituan” lewat google image, niscaya mata situ terbelakak dengan banyaknya “nganu-nganu” yang bertebaran.

Atau umpama situ masih kurang yakin jua, bolehlah pakai kata-kata kunci yang lain. Merasa kelewat bermoral untuk mengingat kata-kata kotor? Ya sudah, biar beta bantu situ jadi ingat, misalnya: “pejuh” atau “peler”. Coba situ hitung dan bandingkan berapa banyak kata-kata itu, dengan atau tanpa gambar jembut, mecungul di tumblr, twitter, facebook, instagram, youtube atawa google image.

Masih kurang? Bisa juga situ hitung medium mana yang paling banyak memberi tempat pada kata “jablay” atau “lonte” sebagai nama akun. Situ bisa juga pakai kata “sange” utowo “ngaceng” sebagai variabel kata kunci tambahan untuk keperluan riset tentang, misalnya, “Bahaya Laten Ngaceng: Studi Kasus Volume Pejuh yang Muncrat karena Melihat Facebook, Twitter, dan Tumblr”.

Dengan atau tanpa itil yang kelihatan di gambar, situ mustinya lekas-lekas maklum kalau urusan lendir dan selangkangan itu ada di mana-mana. Beta seng bilang kalau tumblr itu kagak ada porno-pornonya. Kalau mudeng, beta cuma ingin bilang: medium-mediun lain itu naudzubillah banyaknya (juga) dalam urusan materi-materi ngeri-ngeri nikmat bin syadap itu.

Situ ngarti kagak, sih, kalau sudah lama twitter atawa instagram banyak dipakai jualan syahwat? Apa Kominfo blokir itu yang namanya twitter? Yakagaklah. Mudeng ora kalau blogspot itu masya allah banyak banget dihuni perbokepan nusantara? Anak buah situ pura-pura kagak tahu kalau blogspot banyak dipakai untuk bikin tempat streamingan memajang jembut-jembut bergaya jambul khatulistiwa sampai jengger Jawa Dwipa? Apa kementerian blokir itu blogspot? Yakagalah.

Internet itu, bung, adalah pengepul terhebat barang-barang mesum dalam sejarah umat manusia. Tapi internet bukan cuma pengepul kemesuman, internet juga menjadi salah satu distributor buku dan pengetahuan terhebat yang pernah dibikin umat manusia. Mau itu tumblr atawa FB atau twitter, semuanya punya dosa dalam urusan perzinahan dan lucah-lucah cihuy – dan dosa tumblr itu kagak lebih banyak dari blogspot atawa youtube. Tapi mereka-mereka juga punya pahala yang kagak ketulungan banyaknya karena ikut-ikutan bikin banyak orang jadi cerdas dan berpengetahuan (ya, walau pengguna internet yang tetap bego dan makin bebal juga banyak, sih).

Betul apa betul, Leeeerrrr?

Untuk diketahui, beta su senggama deng tumblr dari tahun 2012 melalui www.ceritadaya.tumblr.com. Pada 2013, beta bikin yang lain yaitu www.kurangpiknik.tumblr.com sebagai blog pribadi.

Awal Februari ini, beta putuskan tiarap dulu dari media sosial semacam twitter, facebook, instagram, atau path. Ada akun yang dihapus, deactivate atau dibiarkan begitu saja. Beta kepinginnya kalau mau update sesuatu, ya sudah cukup melalui tumblr. Hajingfay, kok malah tumblr-nya diblokir. Hadeuh….

Seumur-umur main-main di tumblr, tak pernah pakai tumblr untuk me-ngaceng-kan beta pung zakar. Ngapain nyari gambar atau video jembut di tumblr? Busyet, dah! Baru sekarang, persisnya jam 17 sore tadi (17/02/2016), beta pakai kolom pencarian di tumblr dan mengetik “memek”, “kontol” dan “jablay”. Kagak banyak hasilnya. Ya gara-gara keputusan mblokir dari kementerian sampeyan itu beta jadinya nyari-nyari karena penasaran.

Hasilnya: terhitung dikit dibanding medium-mediun yang lain (misalkan: blogspot). Kurang pariatip, euy. Kalau pun ada, kurang banal. Kelewat canggih. Foto-fotonya banyak yang sophisticated, revolusi eh resolusi tinggi, dan terlalu artsy gitu loch. Kurang memasyarakat pokoknya.

Kalah cihuy dengan, misalnya, twitter. Materi-materi mesum di twitter itu, kalau kowe-kowe orang cari lewat mesin pencarinya… aduh Gusti Hyang Murbeng Dumadi: AING PISAN! Sehari-hari sekali. Bertebaran materi-materi yang realis, yang lebih akrab dengan imajinesyen kitorang samua. Semacam laip ripot alias laporan pandangan mata dari kehidupan sehari-hari. Ini realisme-pornografis, loh, Bung. Pornografi kerakyatan.

Kayaknya kok sulit, deh, menjadi sange kalau cuma lihat “Olympia” karya Monet atawa “Sleeping Venus” karya Giorgione atau “Reclining Nude” karyanya Modigliani. Lebih gampang konak jikalau nonton foto yang file-nya diberi nama: “Mahasiswa Nganu” atau “‘Karyawan Gituan” atau “Pegawai Ho’oh”.

Dan jangan lupa satu lagi: pariatip tenan, loh! Hambok tenan iki. Di twitter, cari jilbab yang mesum? Uuuaaaakeh. ABG cihuy? Berlimpah. MILF yang bikin selangkangan merekah? Loba pisan! Sakali deui: PISAN, pake BANGET, Bung!

Aing bener-bener teu ngarti kenapa tumblr mesti diblokir dengan dakwaan sebagai makelar per-ngentot-an. Dakwaan ini bikin aing hayang gagaro kanyut. Garuk-garuk kelentit jelas ndak iso kalau bukan muhrim.
Umpama para penggemar lendir maya diminta memilih medium mana yang paling murah hati menyediakan materi terkait memek, jembut, jablay atawa pejuh, mestinya tumblr akan sedikit sekali disebut di urutan pertama.

Eits, jangan salah sangka, ini bukan banyak-banyakan mana dalam urusan menimbun materi kimpoi. Kalau FB atau twitter terbukti lebih lihay berperan sebagai pengepul materi-materi pornografi, bukan berarti beta mendukung keduanya diblokir. Etapi seru juga, sih, bung, umpama situ berani blokir facebook atawa twitter. Wah, wah…. ini baru! Ini baru! WAIKI!

Masalahnya adalah kebijakan blokir-memblokir! Kok dikit-dikit memblokir, sih? Kok kementerian satu ini demen amat, ya, ambil pilihan blokir?

Memblokir vimeo, misalnya. Ini urusannya juga belum klaar sampai sekarang. Padahal, sudah sangat jelas, cetho welo-welo, kalau youtube itu juga bejibun banget dengan materi-materi cabul. Mau mesum di konser dangdut, lucah di warnet, sampai grepe-grepe di kebon sampeu, semuanya ada. Dan gampang dicari. Jauh lebih gampang dari vimeo, eh tumblr…

Bertindak gebyah uyah, alias pukul rata, menunjukkan kemalasan berpikir. Dan malas berpikir itu nyrempet-nyrempet bahaya jika dipraktikkan negara. Ini memperlihatkan mediokritas. Negara kok diampu medioker, sih?

Medioker dengan sendirinya menyedihkan. Bertambah nyebelin ketika mediokritas malah dirayakan sembari mempraktikkan tebang pilih alias pilih kasih. Sudah medioker, pilih kasih pula.

Dan katong samua disodori pilihan yang dikurasi orang-orang medioker? Gusti nu Agung!

Mari kita coli bersama sembari membayangkan Indonesia menjadi bangsa hebat dalam industri kreatif tapi jiper sama (gambar) titit.

Salam ijut! Crot.
ADDENDUM
Jembut”, “pelir”, “itil”, “zakar”, “lonte”, “memek”, “entot”, “kelentit” atawa “kontol” semuanya ada dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Ini kata-kata resmi, Bung. Kalau kata “jablay”, “ijut” atau “pejuh”, sih, sepertinya belum masuk KBBI. Yuk kita masukkin. Masukkin pelan-pelan aja. Yang pelan aja ya, bang. Jangan kenceng-kenceng. Sakit, bang.

Sumber: Ayo Piknik!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...