Di Indonesia, Komunis selalu dianggap sebagai ideologi yang berdasarkan tak berTuhan alias anti-agama. Tapi tahukah Anda, jika partai Komunis juga berkembang di negara-negara Timur Tengah, Palestina salah satunya?
Salah satu tokoh Partai Komunis Palestina adalah Leila Khaled. Laila dikenal sebagai salah satu tokoh pejuang pembebasan Palestina.
Leila pernah membajak dua pesawat sebagai protes terhadap penjajahan Israel atas negerinya. Wanita 71 tahun ini merupakan anggota Barisan Rakyat untuk Pembebasan Palestina (Popular Front for the Liberation of Palestine/PFLP), yang merupakan partai berlandaskan ideologi Komunis yang berakar pada ajaran Marxisme dan Leninisme.
PFLP merupakan partai terbesar ke-2 di Palestina setelah Fatah. Pada 1950-an, di usia 15 tahun, Laila bergabung dengan Gerakan Nasionalis Arab yang dimotori George Habash.
Meski sempat menempuh pendidikan kedokteran di Universitas Amerika di Beirut (American University of Beirut), ia lebih tertarik pada politik.
Leila masuk ke PFLP yang didirikan George Habash setelah Perang Enam Hari pada tahun 1967. Laila mengungsi setelah Israel merebut kota kelahirannya dalam perang tahun 1948.
Aksi pertama dilakukan pada 29 Agustus 1969 dengan sasaran Boeing 737 milik maskapai Trans World Airlines bernomor penerbangan 840 dalam perjalanan Roma menuju Athena.
Leila Khaled memaksa pilot mendarat di Bandar Udara Internasional Damaskus (Suriah) setelah terbang di atas Haifa. Setelah semua penumpang dan awak pesawat turun, Leila dan timnya meledakkan pesawat itu.
Akhirnya Leila sempat ditahan aparat keamanan Suriah. Setelah bebas, ia melakukan operasi plastik pertama untuk menyembunyikan identitas. Namun, Leila kemudian melakukan misi keduanya yang berlangsung pada 6 September 1970.
Bersama pria asal Nikaragua bernama Patrick Arguello, ia membajak pesawat bernomor 219 dengan rute Amsterdam ke New York milik maskapai Israel, El Al Nahas.
Arguello tewas ditembak polisi Israel, sedangkan Leila diringkus dengan dua granat di tangan. Pesawat mendarat di Bandar Udara Heathrow, London. Ia dibebaskan pada 1 Oktober 1970 sebagai bagian dari pertukaran tahanan.
Leila kemudian menjadi anggota Dewan Nasional Palestina dan aktif di Forum Sosial Dunia. Setelah bercerai dengan Dokter Fayez Rasyid dan tinggal bersama kedua anaknya (Badir dan Basyar) di Amman (Yordania). Ia juga mengajar bahasa Inggris di sekolah dasar dan sekolah menengah pertama di Kuwait.
Atas keberanian Leila, sutradara asal Swedia Lina Makboul membuat film dokumenter mengenai kisahnya. Film itu berjudul 'Leila Khaled the Hijacker'.
Sumber: Merah Putih
Tidak ada komentar:
Posting Komentar