Terbit ketika Surakarta menjadi salah satu pusat penyebaran pendidikan model Eropa di Jawa, Bramartani gagal bertahan karena minim pelanggan.
Rabu, 29 Juli 2015
Selasa, 28 Juli 2015
Setahun 23 Bulan
Begitu seorang karyawan diterima, keluarganya dipanggil ke kantor untuk diberikan gaji tiga bulan pertama. Jumlah gaji yang diberikan dua kali lipat lebih banyak dibanding standar umum, sehingga sangat jauh di atas UMR.
Senin, 27 Juli 2015
EYD dan Amnesia Nasional
Pada tanggal 11 Agustus 1966, bertempat di Jakarta, pemerintah Indonesia, yang diwakili oleh Menteri Utama Bidang Politik/Menteri Luar Negeri Indonesia Adam Malik, dan Malaysia, oleh Wakil PM/Menlu Malaysia Tun Abdul Rozak, menandatangani naskah pemulihan hubungan baik antara kedua negara.[i] Pada bulan yang sama, Lembaga Bahasa dan Kesusatraan (LBK) telah menyelesaikan tugas yang diembannya atas perintah Ketua Gabungan V Komando Operasi Tertinggi[ii] untuk menyelesaikan konsep ejaan yang akan diajukan pada Malaysia. Konsep ejaan yang telah diselesaikan oleh LBK dengan ketua panitia Anton M. Moeliono ini kemudian diajukan pada Malaysia dalam sebuah pertemuan yang diadakan pada 21-23 Juni 1967, di Kuala Lumpur, Malaysia. Sebagian besar konsep LBK diterima oleh Malaysia, yang saat itu memiliki empat sistem eja (Ejaan Wilkinson, Ejaan Za’baa, Ejaan Fajar Asia, dan Ejaan Kongres).[iii] Pada tanggal 17 Agustus tahun yang sama, Ejaan Baru Bahasa Indonesia sedianya akan diresmikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan waktu itu, Sarino Mangunpranoto. Namun karena berbagai alasan,[iv] ejaan satu-simbol-satu-bunyi itu, dengan berbagai perbaikan, baru diresmikan pada masa Menteri P dan K Mashuri SH pada tahun 1972, dengan nama baru: Ejaan yang Disempurnakan. Pada tahun 1968, setahun setelah Ejaan Baru diperkenalkan, Harimurti Kridalaksana, salah satu ahli bahasa yang terlibat dalam perumusannya, menulis sebuah esai pembelaan atas pentingnya perubahan ejaan dalam bahasa Indonesia, berjudul Latar Belakang Penyusunan Ejaan Baru.[v] Berikut saya paparkan secara singkat pembelaan “orang dalam” tersebut.
Minggu, 26 Juli 2015
Step by Step Bercerai dengan Facebook
Banyak pengguna yang memilih bercerai dengan Facebook akhirnya kembali menggunakan Facebook. Tentu saja hal ini tidaklah bagus. Untuk menghindari terjadinya hal ini kepada Anda, ada baiknya Anda menerapkan langkah-langkah yang terukur ketika hendak keluar atau tidak lagi menggunakan Facebook. Langkah demi langkah tersebut adalah sebagai berikut:
Sabtu, 25 Juli 2015
Kecepatan Provokasi Media Daring
DALAM sebuah konflik, kebenaran adalah korban pertama. Demikian dijelaskan Philip Knightley, wartawan penulis buku The First Casualty: A History of War, Correspondents and Propaganda (2000). Pangkalnya, pelbagai berita dan kabar burung, baik yang telah disensor maupun tidak, melesat lebih cepat daripada fakta yang sebenarnya terjadi, untuk memenuhi keingintahuan orang-orang di luar wilayah konflik.
Jumat, 24 Juli 2015
Memencet Remot Menetapkan Pilihan Hidup
…hei // kau yang di dalam kaca // tunjukkan padaku // isi dunia yang ku tak tahu // tolong // tolong // katakan segera…
Orang Dalam Kaca - God Bless
Kamis, 23 Juli 2015
Marx dan Tauladan Bagi Remaja
MENDENGAR nama Karl Marx, yang berkelebat dalam kepala kita adalah Partai Komunis Indonesia (PKI), yang digambarkan sebagai brutal dan biadab oleh Orde Baru Soeharto. Tulisan ini, tidak secara langsung, hendak meluruskan kesalah anggapan tersebut. Tapi lebih sebagai catatan pribadi saya selama bersentuhan dengan pemikiran Marx di masa remaja. Di suatu waktu jauh di belakang kita, di awal reformasi. Di mana berbagai gagasan dan pengetahuan tentang Marx dan Marxisme dimungkinkan kembali untuk dipelajari.
Rabu, 22 Juli 2015
Managemen Zam Zam
Kata Tuhan: “Kalau engkau bersyukur, akan kutambahi berlipat-lipat. Kalau engkau ingkar, ingatlah siksaanku sangat dahsyat”.
Selasa, 21 Juli 2015
Hati Rapuh
Seorang teman berkata kepada saya: “Hati saya ini sangat rapuh”
Senin, 20 Juli 2015
RUU Penyiaran : Kembalikan Frekuensi ke Negara
"Kita boekan sahadja haroes menentang kapitalisme asing, tetapi haroes djoega menentang kapitalisme bangsa sendiri." (Soekano)
Langganan:
Postingan (Atom)