AKSI Bela Islam Super Damai tanggal 2 Desember 2016 kemarin, atau yang lebih populer disebut dengan aksi 212, punya dimensi menarik bagi saya. Aksi yang menuntut proses hukum kasus penistaan agama yang dilakukan oleh Gubernur DKI Jakarta non aktif Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok untuk terus dilanjutkan dan diproses tanpa perlakuan khusus itu, bagi saya pribadi, telah mematahkan anggapan banyak orang bahwa umat Islam di Indonesia tidak dapat mengorganisir diri secara masif. Memang aksi tersebut tidak didukung oleh semua elemen umat Islam di Indonesia dan motif peserta aksi pun belum pasti semua sama, tetapi melihat jumlah peserta aksi dan jalannya aksi 212 kemarin, saya haqqul yaqin orang-orang yang selama ini beranggapan bahwa umat Islam di Indonesia tidak dapat diorganisir secara masif karena perbedaan pandangan di antara umat Islam sendiri pasti gigit jari.
Selasa, 10 Januari 2017
Dipenjara Karena Mengunjungi Situs Pro ISIS
Seorang pria Prancis telah dijatuhi hukuman dua tahun penjara karena berulang kali mengunjungi website yang mendukung kelompok teror ISIS. Meskipun berulang kali mengunjungi situs pro ISIS tersebut, polisi Prancis menegaskan bahwa tidak ada bukti bahwa orang tersebut merencanakan serangan teror. Pria tersebut mengatakan bahwa ia mengunjungi situs pro ISIS untuk membantunya memahami perbedaan antara Islam yang sebenarnya dengan Islam yang palsu.
Kini Jadwal Umat Islam Beraksi, yang ‘Kiri’ Kapan Konser?
— Beware the crack! (anonim)
Dan, retakan (kecil) itu pada akhirnya keluar dari lidah api Gubernur Basuki Tjahaja Purnama. Ucapan Al-Maidah itu adalah retakan kecil yang melahirkan mobilisasi massa jutaan orang di Jakarta dan beberapa kota lainnya di Indonesia. Bahkan, aksi massa itu hadir secara serial.
Gol Yang Dicetak Boaz
GOL.
Eksekusi penalti sukses. Indonesia unggul 2-1. Lalu Boaz Salossa berlari ke arah tribun di mana presiden Jokowi duduk. Dengan gaya mirip Balotelli, ia membuka seragam dan memamerkan kaos bertuliskan ‘Free West Papua!’.
Eksekusi penalti sukses. Indonesia unggul 2-1. Lalu Boaz Salossa berlari ke arah tribun di mana presiden Jokowi duduk. Dengan gaya mirip Balotelli, ia membuka seragam dan memamerkan kaos bertuliskan ‘Free West Papua!’.
Label:
Andre Barahamin,
Indoprogress,
Sepak Bola
Senin, 09 Januari 2017
6 Kemajuan Pendidikan Kuba Di Bawah Fidel Castro
Esensi dari sosialisme adalah pembangunan manusia: setiap orang bisa mendapatkan segala hal yang diperlukan untuk mengembangkan dirinya. Dan pendidikan merupakan salah satu kunci untuk pembangunan manusia, selain pangan, sandang, perumahan dan kesehatan.
Menuju Bela Islam Yang Hakiki
Aksi “Bela Islam” sudah sampai pada jilidnya yang ketiga. Aksi yang mulanya bertujuan menuntut penyelesaian kasus hukum penistaan agama, yang diduga dilakukan oleh Gubernur DKI Jakarta non-aktif Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), kini bergeser lebih jauh berisi tuntutan pemenjaraan atas Ahok yang sudah ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus ini.[1]
7 Cara Konyol CIA Membunuh Fidel Castro
Fidel Castro, pemimpin revolusi Kuba, merupakan musuh abadi imperialisme Amerika Serikat (AS). Ia berhasil memerdekakan sebuah negeri kecil di Kepulauan Karibia yang jaraknya hanya 300-an kilometer dari Miami.
Aksi Bela Islam: Antara Bela Agama dan Bela Oligarki
HARI itu, 2 Desember 2016, merupakan ‘Aksi Bela Islam’ gelombang kedua. Aksi massa ini merupakan kelanjutan dari aksi sebelumnya pada 4 November 2016, yang menyuarakan pengusutan dugaan penistaan agama oleh Ahok. Harus diakui, berdasarkan jumlah mobilisasi massa, aksi yang digalang oleh Gerakan Nasional Pengawal Fatwa MUI (GNPF MUI) dan dikomandoi oleh FPI pada 4 November lalu, merupakan aksi massa terbesar pasca tumbangnya Orde Baru. Jauh lebih besar ketimbang massa pembela Gus Dur diujung kejatuhannya.
Fidel
Pada awalnya adalah bagaimana manusia melihat dunia.
Sabtu, 07 Januari 2017
Menggagas Partai Politik Alternatif: Sebuah Reportase
POLITIK Indonesia masih didominasi oleh kepentingan-kepentingan oligarkis. Fenomena ini semakin mengemuka terutama di tengah ekspansi neoliberalisme yang begitu massif di negeri ini. Akibatnya, kepentingan rakyat semakin termarginalkan. Berbagai permasalahan yang menyangkut hajat hidup rakyat mulai dari upah murah, perampasan tanah, kerusakan ekologis, berkurangnya ruang publik di perkotaan, diskriminasi terhadap kelompok-kelompok minoritas dan masyarakat adat, pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM), hingga represivitas aparat negara terus merebak hingga sekarang.
Langganan:
Postingan (Atom)