Tahun 1959, Presiden Batista digulingkan oleh kelompok komunis revolusioner bersenjata. Mereka mengambil alih kekuasaan dan menetapkan pemerintahan populer baru. Setahun kemudian 6.000 dokter dan tenaga medis profesional memilih eksil. Menyusul di tahun 1963, sekitar 3.000 guru dan sarjana yang minggat. Mayoritas menyeberang ke Florida, Amerika Serikat. Mereka tidak ingin tinggal dan diperintah oleh rezim komunis yang baru saja menggulingkan seorang diktator.
Di saat yang bersamaan, wabah penyakit menyebar luas di desa-desa. Rumah sakit dan pos-pos kesehatan kekurangan dana, peralatan dan sumber daya manusia. Di Havana, banyak fasilitas pendidikan yang mengalami defisit tenaga pengajar. Di daerah pedesaan, banyak sekolah tutup. Sementara, situasi politik juga belum sepenuhnya stabil. Pengadilan militer teradap ratusan loyalis Batista dengan tuduhan pelanggaran HAM sedang digelar.
Namun, sauh kadung diangkat. Kapal mesti berlayar.
Hal pertama yang dilakukan oleh pemerintahan komunis tersebut adalah meluncurkan reformasi serius di bidang kesehatan, pendidikan, hukum, dan reforma agraria. Tujuannya: pengentasan buta huruf, memperbaiki daya hidup, memberantas korupsi, dan merangsang kembali produksi di bidang pertanian. Undang-undang soal ini dirumuskan dan ditetapkan kurang dari satu semester.
Mei 1959, UU Reforma Agraria terbit. Akhir tahun 1960, seluruh perkebunan para bangsawan diambil alih negara. Termasuk perkebunan tebu milik keluarga Castro. Total, rezim Komunis Kuba berhasil mendapatkan dana segar sekitar 25 juta dolar. April 1961, aset tanah milik Gereja Katholik Roma resmi disita. Pertengahan Mei tahun itu, pembagian tanah dilakukan di bawah pengawasan Ministerio de Recuperacion de Bienes Malversados (Kementerian Pemulihan Aset-aset yang Disalahgunakan).
Perusahaan milik asing dan minoritas orang kaya juga tidak luput dari sasaran. 6 Agustus 1960, semua properti Paman Sam dinasionalisasi. Presiden Eisenhower marah besar dan membalas dengan membekukan semua aset Kuba di Amerika Serikat. Pada 19 Oktober, diputuskan untuk melakukan embargo terkait ekspor seluruh produk Kuba.
Pada September 1960, seluruh sekolah swasta mulai diambil alih negara. Miguel A. Faria, Jr. dalam Cuba in Revolution: Escape from a Lost Paradise mencatat bagaimana perubahan-perubahan revolusioner ditetapkan dalam dunia pendidikan. Tentang Kampanye Literasi Kuba (CampaƱa Nacional de AlfabetizaciĆ³n en Cuba) sebagai upaya selama setahun penuh untuk menghapuskan buta huruf di seantero Kuba pasca revolusi. Diluncurkan secara resmi pada 1 Januari 1961 dan resmi berakhir pada 22 Desember tahun tersebut. UNICEF mencatat aksi ini sebagai kampanye literasi paling ambisius dan terorganisir di dunia.
Sebelum Revolusi 1959, tingkat literasi Kuba berkisar antara 60% hingga 76%. Faktor penyebab utama karena kurangnya akses pendidikan di daerah pedesaan dan buruknya instruktur. Mengatasi hal tersebut, rezim komunis Kuba menjadikan tahun 1961 sebagai tahun pendidikan dan mengirimkan kader-kader partai dan negara ke desa-desa untuk membangun sekolah, melatih pendidik baru, dan mengajar para petani buta huruf (guajiros) baca tulis.
Diperkirakan sekitar satu juta orang terlibat secara langsung dalam kampanye tersebut. Mereka dibagi ke dalam empat kategori umum.
Pertama, kelompok yang dikenal sebagai Brigade Conrade Benitez (Conrado Benitez Brigadistas). Yaitu 100 ribu relawan muda berusia antara 10-19 tahun yang memilih meninggalkan sekolah mereka dan menjadi pengajar sebaya bagi anak-anak kampung miskin.
Kelompok yang kedua disebut Pengajar Populer (Alfabetizadores Populares). Mereka adalah sukarelawan yang mengajukan diri untuk mengajar di perkampungan kumuh di kota-kota atau menyasar para pekerja pabrik buta huruf. Sekitar 13 ribu orang yang mayoritasnya adalah buruh, ikut berpartisipasi mengajar teman, tetangga atau rekan kerja mereka. Proses belajar dilakukan di berbagai tempat dan dalam banyak kesempatan. Ketika istirahat makan siang di pabrik, seusai pulang kerja, seusai ibadah gereja, dan lain sebagainya.
Barisan berikutnya dikenal dengan nama Brigade Tanah Air atau Mati (Patria o Muerte Brigadistas). Kategori ini adalah para buruh berjumlah sekitar 15 ribu orang yang dibayar untuk mengajar di lokasi-lokasi paling terpencil di negeri tersebut.
Yang terakhir adalah kelompok 15 ribu guru profesional yang bertugas mengawasi teknis pelaksanaan, menyusun kurikulum dan modul panduan belajar, mengurusi manajemen pembayaran dan melakukan pengecekan berkala terhadap kualitas program kampanye. Setelah Kampanye Literasi usai, sekitar 10 ribu di antaranya tetap bertahan dan melanjutkan tugasnya.
Pemerintah menyediakan pasokan bagi para relawan. Mereka yang berangkat ke desa-desa untuk mengajar menerima seragam, selimut, tempat tidur gantung (hammock), dua buku panduan, sebuah lentera gas yang dapat digunakan ketika proses belajar mengaar berlangsung pada malam hari.
Para relawan ini tidak hanya bertugas mengajarkan orang baca tulis, namun juga memberikan edukasi politik, terutama tentang kondisi Kuba saat itu.
Kampanye ini sukses besar. Di akhir program, laporan resmi mencatat 707.212 orang dewasa telah berhasil membaca dan menulis. Angka melek huruf Kuba sukses dikatrol hingga 96%. Hari ini, tingkat literasi di negara ini menyentuh angka 99% dan pendidikan dari level SD hingga universitas dapat dinikmati secara gratis.
Karena meyakini bahwa perempuan adalah tenaga produktif yang sangat vital perannya dalam revolusi, maka program-program awal pemerintahan komunis memberikan perhatian serius kepada kaum perempuan. UU Kesetaraan Gender disahkan empat bulan setelah Batista dilengserkan.
Bersamaan dengan Kampanye Literasi, di desa-desa para perempuan diberikan pendidikan dan pelatihan teknis. Sementara pendidikan tahap lanjut hanya disediakan jika ada yang tertarik belajar. Materi yang diajarkan misalnya keuangan, manajemen, praktek kesehatan, dan sejenisnya. Untuk para pelacur yang mayoritas terkonsentrasi di daerah perkotaan, dibuat program belajar pengetahuan praktis dan penguasaan keahlian dasar (basic skills) sebelum akhirnya memberikan mereka pekerjaan.
Setelah semuanya dilakukan, pemerintah komunis kemudian baru percaya diri untuk merilis resolusi mengenai pelarangan prostitusi yang terbit akhir tahun 1961. Untuk mereka yang bekerja sebagai pembantu atau pelayan toko, tempat penitipan anak tanpa biaya dibuat di tiap-tiap blok pemukimanan. Perempuan yang menjadi orang tua tunggal diberikan kemudahan untuk mengakses kredit perumahan.
Kampanye kesehatan yang menyasar perempuan memfokuskan soal mental. Kesimpulan ini diambil setelah para komunis melihat bahwa perempuan Kuba mengalami pelecehan dan penindasan mental luar biasa di tempat kerja semasa berkuasanya Batista. Upaya perdana yang wajib dilakukan adalah berupaya membangkitkan kembali kepercayaan diri dan kebanggaan seseorang sebagai perempuan Kuba.
Dan hal tersebut tidak akan bisa dicapai jika perempuan tidak berada dalam posisi setara dengan laki-laki. Ini sebabnya mengapa Kuba menjadi negara pertama yang menandatangani—dan yang kedua meratifikasi—Konvensi anti Diskriminasi Terhadap Perempuan. Kuba hari ini, hampir setengah dari kursi parlemennya di Majelis Nasional ditempati oleh perempuan.
Orang yang memimpin semua perubahan sukses di atas adalah sosok yang selama berdekade menjadi musuh bebuyutan Amerika Serikat. Ia berkali-kali coba dijungkalkan namun upaya ini selalu kandas. Di rentang 1960 hingga 1965, Amerika Serikat setidaknya mengongkosi 681 aksi terorisme sebagai upaya mengganggu stabilitas dalam negeri Kuba.
Investasi ini juga berakhir sia-sia. Tahun 1961, di Teluk Babi sebuah percobaan lain dilakukan dan kembali gagal dengan spektakuler. Setahun kemudian, Kuba diisolasi secara ekonomi, meski sukses bertahan hingga kini. Amerika Serikat tidak pernah berhasil merontokkan negara yang luasnya hanya 100 ribu km2.
Kalian tahu siapa yang saya maksud? Fidel Castro, pak tua keras kepala yang baru saja meninggal hari ini.
=========================
Sumber: Geotimes
=========================
Tidak ada komentar:
Posting Komentar