Jarak antara kejahatan online (cybercrime) dengan kejahatan dunia nyata (kejahatan tradisional) kini semakin kabur karena kini penjahat tradisional juga menggunakan kekuatan online untuk melancarkan aksi mereka.
Cybercrime secara historis difokuskan untuk menyebabkan gangguan di dunia maya, namun kini penjahat tradisional dunia nyata juga bergerak secara online untuk melancarkan serangan.
Di masa lalu, pencuri, perampok dan penipu mengandalkan pisau dan senjata untuk melakukan aksi kejahatan mereka. Hari ini mereka lebih cenderung untuk menggunakan phishing, serangan DOS, dan trojan. Secara tradisional, tujuan serangan cyber adalah untuk mencuri data yang dapat diperjualbelikan di pasar gelap untuk keuntungan finansial, untuk mencuri uang langsung atau untuk menyabot sistem komputer perusahaan atau organisasi dalam mengejar tujuan politik, sosial atau moral.
Namun kini telah muncul tipe baru dari kejahatan dan jauh lebih berbahaya dari cybercrime, yaitu penggunaan malware yang ditargetkan untuk mendukung kejahatan tradisional.
Menurut Eugene Kaspersky, penjahat sudah menggunakan alat serangan cyber untuk melakukan pencurian dan melakukan penipuan di dunia nyata. Ia menggambarkan bagaimana sebuah kartel narkoba Amerika Latin meng-hack sistem komputer SCADA yang menjalankan pelabuhan Antwerp sehingga mereka bisa membongkar kontainer penuh kokain bawah hidung petugas bea cukai.
Ia juga menambahkan bagaimana mafia telah menyusup ke sistem komputer perusahaan pertambangan Rusia yang memungkinkan mereka untuk menyedot berton-ton batubara dan menjualnya secara rahasia dan bagaimana geng kriminal lainnya meng-hack sistem yang mengeluarkan kartu loyalitas untuk jaringan SPBU sehingga bisa mendapatkan diskon besar bahan bakar.
Menurut Eugene Kaspersky, penggunaan alat serangan cyber untuk mendukung kejahatan tradisional adalah tren yang berkembang dan sudah ada contoh dari serangan cyber yang mengakibatkan hilangnya nyawa.
Pada bulan Agustus 2008, misalnya, Penerbangan Spanair 5022 jatuh sesaat setelah lepas landas dari Bandara Barajas, menewaskan lebih dari 150 orang. Laporan internal mengungkapkan bahwa sistem komputer yang berada di pusat terinfeksi dengan malware yang mencegah deteksi masalah teknis yang terjadi pada pesawat.
Contoh paling krusial serangan cyber dengan konsekuensi dunia nyata adalah virus Stuxnet yang menginfeksi fasilitas pengayaan uranium Iran di Natanz pada tahun 2009 dan 2010. Virus ini menghancurkan sekitar seperlima dari pengayaan nuklir Iran serta menyebabkan fasilitas tersebut lepas kontrol. Meskipun tidak ada yang tewas dalam serangan Stuxnet tersebut, namun hal ini menunjukkan potens malapetaka serangan cyber pada infrastruktur fisik yang penting.
Semua peristiwa tersebut di atas bukanlah fiksi ilmiah dan benar-benar sudah terjadi. Peristiwa tersebut benar-benar menakutkan karena sistem komputer ada di mana-mana, seluruh dunia dikelola oleh sistem komputer, dari lift, jaringan listrik, pompa air, dan hingga mobil.
Kaspersky mengatakan bahwa dengan perkembangan Internet of Things dan perangkat web yang terhubung dalam bangunan dan kendaraan, potensi spionase cyber juga akan semakin berkembang.
Sebuah studi terbaru oleh Kaspersky Lab mengungkapkan bahwa dua pertiga orang dewasa tidak menyadari bahwa penjahat cyber bisa menggunakan malware untuk mengambil alih kamera perangkat mobile mereka untuk mencuri foto pribadi yang tersimpan dan bahkan mengambil beberapa foto langsung dari perangkat yang telah mereka susupi.
Sumber: Internet Sehat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar