Tahun 1959, Presiden Batista digulingkan oleh kelompok komunis revolusioner bersenjata. Mereka mengambil alih kekuasaan dan menetapkan pemerintahan populer baru. Setahun kemudian 6.000 dokter dan tenaga medis profesional memilih eksil. Menyusul di tahun 1963, sekitar 3.000 guru dan sarjana yang minggat. Mayoritas menyeberang ke Florida, Amerika Serikat. Mereka tidak ingin tinggal dan diperintah oleh rezim komunis yang baru saja menggulingkan seorang diktator.
Jumat, 30 Desember 2016
Kamis, 29 Desember 2016
Mendudukkan Kembali Prasangka Negatif atas Gerakan Islam
“Apa yang terjadi sekarang adalah agama dipakai sebagai alat, dan saya kira itu yang harus dicegah. Tanggung jawab pemimpin-pemimpin Indonesia melakukan pencegahan tersebut,” ujar Sidney Jones, pakar keamanan dan konflik Asia Tenggara, pada sebuah diskusi menyoal aksi besar-besaran yang dilakukan gerakan Islamis untuk menjegal calon gubernur Ahok pada 4 November 2016. Belakangan, himbauan “jangan bawa-bawa agama” atau “jangan gunakan agama” semakin mudah kita temukan dalam berbagai frasa. Setelah Ahok resmi menjadi cagub yang diusung PDIP, frasa yang paling ramai diucapkan dari himbauan itu adalah “jangan gunakan Islam sebagai alat politik.”
Rabu, 28 Desember 2016
10 Fakta Menarik Tentang Fidel Castro
Hari Jumat, 25 November 2016, dunia kehilangan satu tokoh yang menjulang tinggi di panggung sejarah: Fidel Castro. Dia dihormati oleh rakyatnya, kawan-kawannya, maupun musuhnya.
Senin, 26 Desember 2016
Identitas Dalam Kelas
EDITORIAL Indoprogress beberapa waktu lalu yang mengajukan tesis tentang prioritas Politik Kelas atas Politik Identitas, telah memunculkan serangkain pertanyaan: “Apakah kelas adalah subjek yang homogen?”; “bukankah dalam kelas juga melekat identitas?”; “jika begitu adanya, bukankah kategori kelas setara dengan kategori identitas?”.
Kamis, 22 Desember 2016
Shalat Berjamaah dan Relasi Sosial Komunisme
SHALAT merupakan salah satu butir rukun Islam yang wajib dikerjakan oleh tiap Muslim mukallaf (seorang lelaki atau perempuan yang telah akil baligh) selain syahadat, puasa, zakat dan pergi haji bagi yang mampu. Shalat juga berarti penyempurna syahadat (bersaksi bahwa tidak ada allah selain Allah dan Muhammad sebagai utusan-Nya) seorang Muslim. Jika syahadat adalah kesaksian seorang hamba pada ke-esa-an Allah dan Muhammad sebagai utusannya, maka Shalat merupakan salah satu bukti dari kesaksian tersebut. Dengan ini, bagi kaum Muslim yang telah bersyahadat namun tidak mengerjakan shalat maka dianggap sia-sia kesaksiannya, begitu pun sebaliknya.
Selasa, 20 Desember 2016
Kontradiksi Kapitalisme dan Rasisme
AKSI MASSA pada 4 November dan 2 Desember lalu, telah menarik minat para akademisi dan aktivis untuk memahaminya secara lebih sistematis. Dalam tulisan ini, saya ingin melihat aksi bernuansa rasis tersebut dalam hubungannya dengan kapitalisme. Tujuannya untuk menunjukkan bahwa rasisme itu muncul dalam kondisi-kondisi struktural tertentu, bukan sekadar produk sentimen identitas semata.
Senin, 19 Desember 2016
Agama Dunia: Kritik Terhadap Tafsir Agama Anti Massa-Rakyat
PADA artikel sebelumnya ‘Agama Sebagai Komoditas: Musibah Atau Berkah?’, kita telah mendiskusikan bahwa semua agama di dunia memiliki klaim keselamatan yang biasa disebut dengan ‘kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat’ (sa’adah fi al-dararain). Juga menyinggung tegangan antara transendensi dan imanensi dalam agama, di mana pokok persoalannya terletak pada kenyataan, meski agama itu bertolak dari yang transenden, faktanya ia juga dimungkinkan oleh yang imanen.
Minggu, 18 Desember 2016
Agama Sebagai Komoditas: Musibah Atau Berkah?
SEMUA kaum beragama di dunia mempercayai agama sebagai jalan keselamatan. Baik keselamatan di dunia maupun di akhirat (kehidupan setelah kematian). Dua aspek keselamatan ini bukan sesuatu yang diimposisikan dari luar agama, melainkan melekat dan inheren dalam diri agama. Keduanya—keselamatan dunia dan akhirat—tak bisa dipisahkan dari agama. Bahkan keduanya merupakan agama itu sendiri. Karena itu sulit kita bayangkan ada agama tanpa kedua janji keselamatan tersebut. Jika ada cara pandang dunia yang tidak memiliki aspek keselamatan dunia dan akhirat di dalamnya, maka tak bisa disebut sebagai agama. Kedua aspek keselamatan ini bisa kita katakan sebagai sesuatu yang fundamental dalam agama. Kalau kita cabut salah satu atau kedua aspek keselamatan tersebut maka ambruklah apa yang disebut sebagai agama. Bahkan tak bisa dipungkiri bahwa agama eksis disebabkan oleh adanya kedua aspek keselamatan ini.
Jumat, 06 Mei 2016
Omong Reklamasi Minus Politik
Pembicaraan tentang reklamasi kini sudah sangat bergeser. Kebanyakan di antara yang membicarakannya percaya bahwa ini “cuma” urusan politik. Tepatnya, pertempuran antara mereka yang mendukung dan menentang Gubernur Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Ini cuma urusan Jakarta 2017, demikian pandangan banyak “pengamat”. Tentu, pandangan ini menafikan bahwa urusan Teluk Benoa sulit dikaitkan dengan Ahok, juga bahwa reklamasi itu sebetulnya terjadi di 17 provinsi di Indonesia.
Jumat, 15 April 2016
Liberalisme, Untuk Siapa?
Sekitar empat tahun yang lalu, dalam sebuah pameran buku saya memborong buku-buku terbitan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Buku-buku itu dibeli bukan karena saya setuju dengan pandangan mereka, melainkan karena tertarik dengan cara bagaimana mereka berikhtiar menghidupi pemikiran yang diyakininya. Pada sebuah stand yang penuh menjual publikasi HTI, yang banyak di antaranya saya tahu tidak pernah masuk toko buku, saya menyaring karya-karya terjemahan agar tidak masuk keranjang belanja, dan sepenuhnya membeli karya-karya yang ditulis oleh orang HTI sendiri. Dan hasilnya, menurut saya, adalah gambaran sebuah ikhtiar intelektual yang patut diapresiasi.
Langganan:
Postingan (Atom)