Penambahan ini terjadi di tahun 1500. Pada waktu itu, astronom Kaisar Julius Caesar, Sosiogenes, menciptakan kalender Julian dengan menggunakan perhitungan ada 365,25 hari dalam waktu setahun. Hanya saja karena dianggap tak praktis, dia pun menggunakan perhitungan pembulatan menjadi 365 hari setahun.
Sayangnya, kepraktisan itu justru menimbulkan kesalahan penanggalan yang fatal. Singkat cerita, hadirlah Tahun Kabisat yang menggenapkan sisa ‘seperempat hari’ setiap empat tahun sekali.
Tapi, kehadiran tahun istimewa ini bukannya tanpa usaha. Dibutuhkan tiga kaisar Romawi, satu Paus dan belasan astronom untuk menetapkan perhitungan kalender masehi seperti yang kita kenal sekarang.
Di sisi lain, Tahun Kabisat yang hadir empat tahun sekali ini juga menyimpan banyak mitos dan fakta. Berikut 16 fakta dan mitos yang berhasil dihimpun CNNIndonesia.com dari berbagai sumber:
1. Inggris pernah kehilangan 11 hari pada tahun 1752 di bulan September. Di bulan itu, kalender melompat dari tanggal 2 langsung ke tanggal 14. Dengan kata lain, tanggal 3-13 tidak tercantum dalam kalender.
Hal ini terjadi karena sistem penanggalan pada waktu itu, terutama di kepulauan Inggris dan koloni Inggris, termasuk Amerika, menggunakan kalender cacat warisan perhitungan Sosiogenes, kalender Julian.
Padahal, sebagian besar dunia sudah mengikuti sistem penanggalan baru, yang disebut kalender Gregorian, arahan Paus Gregorius XIII, yang ditetapkan pada tahun 1582.
Inggris yang waktu itu menolak mengikuti perintah Roma, akhirnya kena tulah. Di negara mereka, waktu langsung melompat 11 hari yang menimbulkan kerusuhan di masyarakat.
Kerusuhan itulah yang akhirnya membuat Inggris mengubah sistem penganggalan menggunakan kalender Gregorian, hingga kini.
2. Tidak semua tahun berakhiran seratus adalah Tahun Kabisat. Menurut penanggalan Gregorian, tahun 2000 adalah Tahun Kabisat, begitu juga dengan tahun 1600, tapi 1700, 1800 dan 1900 bukanlah kabisat.
Hal itu menimbulkan definisi baru tentang Tahun Kabisat, yakni tahun yang habis dibagi 400.
3. Di abad ke-lima, di Irlandia, terdapat tradisi unik, dimana wanita diperbolehkan melamar kekasihnya pada Hari Kabisat, yakni tanggal 29 Februari.
Hal ini dipicu ketidaksabaran St. Bridget. Dia mengajukan mosi pada St. Patrick, karena merasa kaum laki-laki membutuhkan waktu terlalu lama untuk melamar kekasih mereka. Oleh karena itu, St. Patrick memberi waktu satu hari di tanggal 29 Februari bagi wanita untuk melamar pujaan hati mereka.
Legenda menyebut, di hari itu Bridget langsung menekuk satu lutut dan melamar Patrick. Sayangnya, Patrick menolak. Dia mencium Bridget di pipi dan memberinya gaun sutra.
4. Legenda St. Bridget dikekalkan oleh Ratu Margaret dari Skotlandia. Pada tahun 1288, ketika sang ratu baru berusia 5 tahun, dia menyebutkan bahwa 29 Februari seharusnya jadi hari kebesaran bagi wanita, dimana mereka bisa melamar siapapun yang mereka inginkan.
Sementara, pria yang menolak lamaran harus membayar denda seperti yang dilakukan St. Patrick, yakni memberi ciuman dan gaun sutra.
5. Lain cerita dengan di Denmark. Jika pria menolak lamaran wanita pada tanggal 29 Februari, maka dia harus memberi wanita itu 12 pasang sarung tangan. Sementara di Finlandia, pria harus memberi wanita kain untuk membuat baju.
6. Di Yunani, pasangan justru menolak menikah di Tahun Kabisat karena mereka percaya itu akan membawa nasib buruk.
Kepercayaan itu juga dianut warga Italia. Ada peribahasa Italia yang menyebut, “Anno bisesto, anno funesto” yang berarti Tahun Kabisat, tahun sial.
7. Di Rusia, Tahun Kabisat dipercaya membawa cuaca buruk. Para petani Rusia bahkan menyebut tumbuhan yang ditanam pada Tahun Kabisat akan tumbuh ke arah yang salah.
Skotlandia juga percaya mitos serupa. Peribahasa kuno Skotlandia menyebut Tahun Kabisat bukan tahun yang baik untuk mengembangkan ternak.
8. Di era modern, Tahun Kabisat membawa ‘kesialan’ bagi para pekerja kantoran. Pasalnya, banyak kantor yang mengeluarkan gaji bulanan berdasarkan hitungan 28 hari, berarti di tanggal 29 Februari, banyak pekerja yang akan bekerja secara gratis.
9. Mereka yang lahir pada tanggal 29 Februari disebut ‘leapling’ atau ‘leaper’. Peluang seseorang lahir pada 29 Februari adalah 1:1461. Setidaknya, ada 5 juta leapling di seluruh dunia.
10. Sejak lama, para astrolog percaya bayi yang lahir di Tahun Kabisat punya bakat istimewa, kepribadian unik, bahkan punya kekuatan magis. Beberapa pesohor yang lahir di tanggal 29 Februari adalah pencipta puisi Lord Byron, rapper Ja Rule, dan atlet football Darren Ambrose.
11. Di Hong Kong, ulang tahun resmi bagi mereka yang lahir pada tanggal 29 Februari adalah 1 Maret, sementara di New Zealand, para leapling merayakan ulang tahun di tanggal 28 Februari.
12. Ada kepercayaan yang menyebut mereka yang lahir di tanggal 29 Februari, juga akan meninggal di tanggal yang sama. Salah satu contohnya adalah James Milne Wilson, pemimpin ke-delapan Tasmania. Dia lahir pada 29 Februari 1812 dan meninggal tanggal 29 Februari 1880.
13. Anthony, Texas, Amerika Serikat, dikenal sebagai Ibukota Kabisat Dunia. Di kota tersebut, setiap tanggal 29 Februari digelar festival yang merayakan hari jadi para leapling.
14. Keluarga pemegang kelahiran leapling terbanyak di dunia adalah keluarga Keogh dari Inggris dan Irlandia. Selama tiga generasi, keluarga tersebut selalu memiliki keturunan yang lahir pada 29 Februari. Dimulai dari sang kakek, Peter Anthony Keogh, kemudian putranya, Peter Eric dan cucunya, Bethany Wealth.
15. Sementara Karin Henriksen di Norwegia punya tiga anak yang semuanya lahir pada tanggal 29 Februari, dan setiap anak punya jeda 4 tahun.
16. Di China, terdapat mitos yang menyebut anak-anak yang lahir pada 29 Februari umumnya tidak pandai berbisnis, kehidupannya pun akan serbasulit.
Sementara di Taiwan, anak perempuan yang sudah menikah tidak boleh pulang ke rumah orangtuanya pada bulan Kabisat alias selama bulan Februari, karena bisa mendatangkan kesialan pada orangtua. Jika memaksa pulang ke rumah orangtua, maka dia harus membawa Bak Kut Teh, atau masakan mi tradisional untuk mengusir kesialan. (les)
==================================================
Lesthia Kertopati, CNN Indonesia | Minggu, 31/01/2016 13:54 WIB
==================================================
Tidak ada komentar:
Posting Komentar