Kamis, 22 Desember 2016

Shalat Berjamaah dan Relasi Sosial Komunisme

SHALAT merupakan salah satu butir rukun Islam yang wajib dikerjakan oleh tiap Muslim mukallaf (seorang lelaki atau perempuan yang telah akil baligh) selain syahadat, puasa, zakat dan pergi haji bagi yang mampu. Shalat juga berarti penyempurna syahadat (bersaksi bahwa tidak ada allah selain Allah dan Muhammad sebagai utusan-Nya) seorang Muslim. Jika syahadat adalah kesaksian seorang hamba pada ke-esa-an Allah dan Muhammad sebagai utusannya, maka Shalat merupakan salah satu bukti dari kesaksian tersebut. Dengan ini, bagi kaum Muslim yang telah bersyahadat namun tidak mengerjakan shalat maka dianggap sia-sia kesaksiannya, begitu pun sebaliknya.

Selasa, 20 Desember 2016

Kontradiksi Kapitalisme dan Rasisme

AKSI MASSA pada 4 November dan 2 Desember lalu, telah menarik minat para akademisi dan aktivis untuk memahaminya secara lebih sistematis. Dalam tulisan ini, saya ingin melihat aksi bernuansa rasis tersebut dalam hubungannya dengan kapitalisme. Tujuannya untuk menunjukkan bahwa rasisme itu muncul dalam kondisi-kondisi struktural tertentu, bukan sekadar produk sentimen identitas semata.

Senin, 19 Desember 2016

Agama Dunia: Kritik Terhadap Tafsir Agama Anti Massa-Rakyat

PADA artikel sebelumnya Agama Sebagai Komoditas: Musibah Atau Berkah?, kita telah mendiskusikan bahwa semua agama di dunia memiliki klaim keselamatan yang biasa disebut dengan ‘kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat’ (sa’adah fi al-dararain). Juga menyinggung tegangan antara transendensi dan imanensi dalam agama, di mana pokok persoalannya terletak pada kenyataan, meski agama itu bertolak dari yang transenden, faktanya ia juga dimungkinkan oleh yang imanen.

Minggu, 18 Desember 2016

Agama Sebagai Komoditas: Musibah Atau Berkah?

SEMUA kaum beragama di dunia mempercayai agama sebagai jalan keselamatan. Baik keselamatan di dunia maupun di akhirat (kehidupan setelah kematian). Dua aspek keselamatan ini bukan sesuatu yang diimposisikan dari luar agama, melainkan melekat dan inheren dalam diri agama. Keduanya—keselamatan dunia dan akhirat—tak bisa dipisahkan dari agama. Bahkan keduanya merupakan agama itu sendiri. Karena itu sulit kita bayangkan ada agama tanpa kedua janji keselamatan tersebut. Jika ada cara pandang dunia yang tidak memiliki aspek keselamatan dunia dan akhirat di dalamnya, maka tak bisa disebut sebagai agama. Kedua aspek keselamatan ini bisa kita katakan sebagai sesuatu yang fundamental dalam agama. Kalau kita cabut salah satu atau kedua aspek keselamatan tersebut maka ambruklah apa yang disebut sebagai agama. Bahkan tak bisa dipungkiri bahwa agama eksis disebabkan oleh adanya kedua aspek keselamatan ini.

Jumat, 06 Mei 2016

Omong Reklamasi Minus Politik

Pembicaraan tentang reklamasi kini sudah sangat bergeser. Kebanyakan di antara yang membicarakannya percaya bahwa ini “cuma” urusan politik. Tepatnya, pertempuran antara mereka yang mendukung dan menentang Gubernur Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Ini cuma urusan Jakarta 2017, demikian pandangan banyak “pengamat”. Tentu, pandangan ini menafikan bahwa urusan Teluk Benoa sulit dikaitkan dengan Ahok, juga bahwa reklamasi itu sebetulnya terjadi di 17 provinsi di Indonesia.

Jumat, 15 April 2016

Liberalisme, Untuk Siapa?

Sekitar empat tahun yang lalu, dalam sebuah pameran buku saya memborong buku-buku terbitan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Buku-buku itu dibeli bukan karena saya setuju dengan pandangan mereka, melainkan karena tertarik dengan cara bagaimana mereka berikhtiar menghidupi pemikiran yang diyakininya. Pada sebuah stand yang penuh menjual publikasi HTI, yang banyak di antaranya saya tahu tidak pernah masuk toko buku, saya menyaring karya-karya terjemahan agar tidak masuk keranjang belanja, dan sepenuhnya membeli karya-karya yang ditulis oleh orang HTI sendiri. Dan hasilnya, menurut saya, adalah gambaran sebuah ikhtiar intelektual yang patut diapresiasi.

Kamis, 31 Maret 2016

Pencipta Aksara Perjuangan Kaum Bugis

Colliq Pujie menciptakan aksara Bilang, digunakan sebagai komunikasi rahasia dalam perjuangan melawan Belanda.

Selasa, 29 Maret 2016

Popularitas Ahok Wujud Krisis Memori, Visi, dan Stok

SEBAGIAN besar anda mungkin sedang mendukung Ahok dengan menjadi “temannya” atau karena tidak ada alternatif yang cukup menjanjikan. Ahok sudah memikat hati banyak pemirsa karena satu hal penting: dia tidak punya basa basi feodal ala elit politik kebanyakan negeri ini. Satu aspek (saja) yang menyetarakannya dengan Gus Dur, membuatnya selangkah lebih maju dari Joko Widodo.

Yang Terusir dari Tanah Air

MENGINGAT tanggal 30 September, membawa pikiran saya ke situasi sekitar setengah abad yang lalu ketika paspor kami dinyatakan tidak berlaku lagi oleh penguasa di Jakarta (pada Januari 1966). Pasalnya, kami dituduh sebagai agen G30S di luar negeri serta melakukan subversi.

Jumat, 25 Maret 2016

Berkarya Tanpa Dendam

Malam, 13 Oktober 1965. sebuah rumah di kawasan Rawamangun, Jakarta dilempari dengan batu oleh segerombolan orang.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...