Media massa kembali menyajikan bahan tertawaan kelas menengah. Kali ini tentang wisuda abal-abal. Tentu saja saya tak mempersoalkan konten menghibur dalam media massa. Percuma dong saya berkawan dengan Wisnu Prasetya selama bertahun-tahun kalau tak paham salah satu fungsi media massa adalah menghibur umat.
Selasa, 29 September 2015
Senin, 28 September 2015
Perang Media di Mina
Belum usai tangis sanak saudara korban tragedi Mina yang menewaskan hampir seribu orang, peristiwa tersebut telah memunculkan “tragedi” lanjutan: pertempuran opini tentang apa sebenarnya yang menjadi akar penyebab tragedi menyedihkan ini. Aktor utamanya tentu saja media-media khususnya yang berasal dari Timur Tengah.
Minggu, 27 September 2015
Ketika Investasi Jadi Panglima
Dulu, di era Bung Karno, slogannya: politik adalah panglima. Sementara sejak Orde Baru (Orba) hingga sekarang, slogannya berganti menjadi: Investasi adalah panglima.
Sabtu, 26 September 2015
Assikalaibineng, Kitab Kamasutranya Orang Bugis
Panduan para lelaki untuk membahagiakan perempuan, baik di dalam maupun di luar kamar tidur.
Jumat, 25 September 2015
Asal Usul Gelar Andi di Sulawesi Selatan
Gelar Andi di depan nama orang Sulawesi Selatan diciptakan Belanda untuk menandai kaum bangsawan yang terpelajar.
Kamis, 24 September 2015
Sedia Payung Walau Tak Hujan
Payung tak lagi hanya berfungsi sebagai pelindung dari hujan dan terik matahari, tapi juga trend gaya hidup modern.
Rabu, 23 September 2015
Nasionalisme Peci
Peci bukan hanya identitas agama tapi simbol nasionalisme. Ia juga bukan milik Indonesia semata.
Selasa, 22 September 2015
Menerjemahkan Bahasa Cewek ke dalam Bahasa Indonesia
Menjadi cowok yang baik bagi pacarnya tak cukup dengan romantis, perhatian, suka kasih kejutan, dan gemar bertanya “udah makan, Sayang?” Tidak segampang itu.
Senin, 21 September 2015
Apa yang Terjadi dengan Akun Facebook setelah Pemilik Meninggal?
Pernahkah Anda memikirkan jika nanti meninggal dunia bagaimana dengan akun Facebook Anda?
Minggu, 20 September 2015
Paket Ekonomi Cita Rasa Neoliberal
Setiap kebijakan ekonomi adalah soal politik. Di dalamnya dituntut keberpihakan. Dia mau melayani siapa: kapital atau manusia? pebisnis atau rakyat? kepentingan nasional atau kepentingan kapitalisme global?
Sabtu, 19 September 2015
Ini Soal Kelas, Bro!
ADA YANG bilang kalau istilah ‘kelas sosial’ itu identik dengan Marxis. Kalau tidak ada konsep kelas, tidak ada yang namanya Marxisme. Memang sih, kalau ditilik-tilik, konsep kelas itu ibarat priyayi di dalam analisis sosialnya Marxis. Siapa saja yang sanggup melihat bekerjanya logika kelas di dalam setiap hal, bahkan meski cuma sekelebat, dijamin dia itu Marxis tulen. Sebaliknya, kalau omongannya sama sekali tak mengungkat-ungkit soal kelas, kita mesti pertanyakan kadar Marxisme di dalam darahnya. Menyebut-nyebut soal kelas sama dengan menyebut-nyebut soal posisi. Posisi apa? Tentu saja posisi dalam peperangan kelas. Dan karena Marxisme bertalian darah dengan perlawanan anti-penindasan kelas, kata kuncinya, yakni kelas, menjadi tak hanya keren, tapi juga heroik. Semakin sering dipakai, semakin Marxis omongan kita. Ia menjadi semacam batas bawah yang wajib ditampilkan apabila seseorang hendak ditasbihkan sebagai Marxis yang kaffah. Tapi sebetulnya apa sih kelas sosial itu?
Jumat, 18 September 2015
Meledakkan Sejarah Petasan
Sempat menjadi bagian penting dalam berbagai tradisi dan perayaan, petasan kian teredam.
Kamis, 17 September 2015
Riazanov
LENIN wafat pada 1924. Tampuk pimpinan Republik Sosialis Uni Soviet digantikan Stalin. Satu per satu lembaga yang didirikan sepanjang kekuasaan Lenin diperiksanya. Pada tahun 1927, Stalin sempat berkunjung ke kantor Lembaga Marx-Engels yang didirikan pada 1921. Di ruang direktur, Stalin melihat panjangan potret-potretnya Marx, Engels, dan Lenin. Sambil berkernyit Stalin lantas bertanya pada si direktur yang kebetulan ada di situ: “Di mana potretku?” Si direktur membalas: “Marx dan Engels itu guru-guruku. Lenin itu kawanku. Siapa Anda buat saya?” Buat orang kebanyakan kala itu jelas ini sebuah pertanyaan balik yang kurang ajar dan bisa menghantar penanyanya ke regu penembak.
Rabu, 16 September 2015
Muhammad Al-Fayyadl: “Pada Level Aksiologis, Islam dan Marxisme menjadi Sangat Kompatibel”
AGAMA adalah candu masyarakat, demikian ujar Marx. Kosakata yang dipotong dari naskah A Contribution to the Critique of Hegel’s Philosophy of Right ini menjadi legitimasi bagi banyak pihak untuk menyatakan bahwa Marxisme bertentangan sama sekali dengan agama, khususnya Islam. Di Era Orde Baru, ketidaksepahaman terhadap agama menjadi salah satu alasan moral diberangusnya Marxisme dari Tanah Air. Sampai sekarang, potongan kalimat tersebut terus direproduksi tanpa dikritisi dan dibaca konteksnya secara menyeluruh.
Label:
Indoprogress,
Muhammad Al-Fayyadl,
Rio Apinino
Selasa, 15 September 2015
Meninjau Kembali Hukum Menonton Konser Musik
Melalui tulisan ini saya hendak mengajak pembaca untuk mempertimbangkan kembali keinginan untuk menonton konser musik. Sejak awal tulisan, saya perlu menyampaikan bahwa saya nanti akan beragumen bahwa apa yang disebut sebagai konser musik dan sebagainya saat ini seharusnya bisa ditinjau kembali mengingat kepentingan masyarakat luas.
Senin, 14 September 2015
Marxisme dan Video Game
VIDEO Game bagi anak muda masa kini mirip seperti kesusastraan bagi anak muda di di zaman Renaisans. Video Game adalah bentuk termaju dari budaya pop masa kini. Namun anehnya, berbeda dari film, musik dan komik, bentuk budaya pop kontemporer ini jarang diutak-utik oleh para pengkaji budaya pop. Padahal video game bisa dikatakan merupakan bentuk budaya pop yang paling mampu memproduksi dan mereproduksi budaya dan ideologi dalam benak para penikmatnya. Mengapa demikian? Karena berbeda dari film, musik atau komik yang menempatkan para penikmatnya dalam posisi pemirsa yang pasif mengikuti cerita, video game memposisikan para penikmatnya sebagai subjek cerita yang melalui pilihan-pilihannya membentuk hasil akhirnya sendiri. Kalau pada film, musik dan komik, ruang keaktifan pemirsa hanya terbatas pada interpretasi, pada video game ruang partisipasi aktif itu tak hanya tersedia pada aras penafsiran, tetapi juga pada keseluruhan proses permainan itu sendiri. Misalnya, apabila multiple endings dalam film terwujud secara metaforis sebagai hasil dari tafsiran penonton, multiple endings dalam video game terwujud secara harfiah sebagai akibat dari perbuatan sang pemain game sebagai si tokoh utama cerita. Dimensi partisipasi aktif inilah yang menyebabkan video game memiliki kekuatan yang lebih besar untuk memproduksi dan mereproduksi ideologi melampaui bentuk-bentuk budaya pop lainnya. Itulah sebabnya, aneh bila para pengkaji budaya pop yang menggunakan perspektif Marxis tak pernah membuat studi khusus tentang video game. Ada berjubel kajian Marxis tentang film atau musik dan beberapa tentang komik, tetapi tidak ada satupun tentang video game—apalagi di Indonesia.
Minggu, 13 September 2015
Kisah Asmara Tan Malaka, Antara Petualangan dan Revolusi
SALAH satu tokoh sejarah di Indonesia yang memutuskan untuk tidak menikah adalah Tan Malaka. Kenapa dia memilih untuk hidup melajang dan tak membangun keluarga sebagaimana banyak pemimpin republik lainnya?
Sabtu, 12 September 2015
Sepuluh Fakta Tentang VOC yang Belum Banyak Diketahui Orang
Sebagai kompeni dagang, VOC memiliki kewenangan yang menyerupai negara. Inilah sepuluh hal tentang simbol imperialisme Belanda di Nusantara itu.
Label:
Annisa Mardiani,
Hendri F. Isnaeni,
Historia
Jumat, 11 September 2015
Drama Bubat dan Panas-Dingin Hubungan Majapahit-Sunda
Saling silang pendapat para ahli menyoal Perang Bubat. Lokasi kejadiannya pun masih diliputi misteri.
Kamis, 10 September 2015
Perang Bubat dalam Memori Orang Sunda
Benarkah ini jadi penyebab tak ada jalan Majapahit dan jalan Gadjah Mada di Bandung?
Rabu, 09 September 2015
Sepuluh Fakta di Balik Pembangunan Jalan Daendels dari Anyer ke Panarukan
Jalan Anyer-Panarukan membentang dari ujung barat sampai ujung timur Jawa. Memakan ribuan korban, namun menjadi jalur penting hingga sekarang.
Selasa, 08 September 2015
Kenapa Jalan Daendels Berakhir di Panarukan
Begitu selesai dibangun, Daendels menerbitkan berbagai peraturan penggunaan jalan Anyer-Panarukan. Kenapa harus berujung di Panarukan?
Senin, 07 September 2015
Tujuh Kebiasaan Pangeran Diponegoro yang Belum Diketahui Banyak Orang
Banyak sisi manusiawi Pangeran Diponegoro yang belum diketahui orang, termasuk kesukaannya pada anggur, burung dan berkebun.
Minggu, 06 September 2015
Misteri Lenyapnya Mayor Muller, Utusan Belanda di Kalimantan
Setelah meneken perjanjian dengan Kesultanan Kutai Kertanegara, utusan pemerintah Belanda lenyap di Kalimantan. Diabadikan menjadi nama gunung.
Sabtu, 05 September 2015
Di Kota Ini Tidak Ada Polisi dan Wali Kotanya Membagi-bagikan Rumah
Dapatkah sebuah kota berjalan damai tanpa polisi-polisi yang berpatroli? Jawabannya: bisa! Kota ini membuktikannya.
Jumat, 04 September 2015
Sandyawan Soemardi: Problem Kampung Pulo Bukan Soal Uang atau Ganti Rugi, tapi Soal Harga Diri
NAMA lengkapnya Ignatius Sandyawan Soemardi. Orang-Orang di sekitar Kampung Pulo menyapanya dengan sapaan Romo Sandy. Alumnus Seminari Kentungan Yogyakarta ini dikenal oleh warga bukan saja karena peranannya selama kurang lebih lima belas tahun dalam kerja pengadvokasian masyarakat miskin kota di wilayah bantaran Kali Ciliwung, khususnya di wilayah Bukit Duri dan Kampung Pulo melalui Yayasan Ciliwung Merdeka, melainkan juga karena kedekatannya dengan agamawan kharismatik setempat, Habib Soleh Bin Husin Al-Idrus. Pengalaman bertahun-tahun dalam kerja sosial di wilayah yang sama membuat ia paham benar problem yang dihadapi masyarakat Kampung Pulo dan sekitarnya. Maka, ketika terjadi penggusuran yang berujung pada bentrok warga melawan aparat gabungan di Kampung Pulo pada 20 Agustus lalu, pria 56 tahun ini menjadi salah satu narasumber utama yang dicari wartawan.
Label:
Islam Bergerak,
Muhammad Azka Fahriza
Kamis, 03 September 2015
Manusia Jawa, Bukti Teori Evolusi Darwin
Di Jawa, Dubois membuktikan teori evolusi Darwin. Phitecanthropus erectus diklaim sebagai mata rantai evolusi yang hilang.
Rabu, 02 September 2015
Sisi Lain Perjalanan Wallace
Sochaczewski bukan hanya menulis soal Wallace tapi juga menelusuri jejaknya di Kepulauan Nusantara.
Selasa, 01 September 2015
Saat Bajak Laut Prancis Menguasai Padang
La Marseillaise, lagu kebangsaan Prancis berkumandang di pantai barat Sumatra. Gerombolan Le Meme menduduki Padang dengan semangat Revolusi Prancis.
Langganan:
Postingan (Atom)