Sabtu, 13 Februari 2016

Alasan-alasan Mahasiswa Tak Perlu Merayakan Valentine

Tanggal 14 Februari sebentar lagi mendatangi mahasiswa Jogja. Jagat media sosial pun pasti nantinya akan riweuh dengan berbagai macam postingan. Mulai dari foto kenangan bersama mantan, tautan halal-haram yang ikut merayakan, dan juga status-status miris kejombloan. Semuanya bersumber pada alasan masing-masing. Nah ini ada enam alasan mahasiswa seharusnya tak usah ikut-ikutan merayakan valentine.

1. “Haram, itu budaya kafir!”

Valentine itu haram. Haram kalau dirayakan dengan makan coklat dari hasil curian di minimarket. Banyak sekali mahasiswa yang kemakan dengan alasan “kafir-mengkafirkan”. Rasulullah aja dulu kerja keras meng-Islamkan umat, lah sekarang umatnya malah gampang mengkafir-kafirkan.

2. “Merayakan Valentine itu sama saja mengakui Tuhan agama lain!”

Ini adalah salah satu alasan yang sering digunakan untuk menakut-nakuti agar tidak ikut-ikutan merayakan valentine. Semisal ikut merayakan, otomatis langsung berubah agamanya. Lha kita kan merayakan kasih sayangnya, bukan agamanya. Masa’ iya kita masuk kandang kambing langsung berubah menjadi kambing. Enggak kan? Kalau tidak mau kasih-sayang ya masak mau hidup dalam kebencian?

3. “Buat apa ngerayain, pacar aja enggak ada.”

Ini adalah alasan yang paling populer di kalangan mahasiswa. Status kejombloan adalah halangan utama merayakan valentine untuk mereka. Masalahnya bukan halal dan haram, tetapi partner merayakan. Harusnya valentine juga bikin acara gathering di daerah untuk para jomblo, semacam acara comblang-mencomblangkan. Teman-teman Jogja Student kan juga pengen ikutan pastinya.

4. “Valentine itu kongkalikong perusahaan buat dongkrak penjualan!”

Alasan ini memang benar dan kamu bisa menemukannya di banyak tempat. Misalnya memasuki bulan Februari, banyak toko-toko yang mengeksploitasi momen valentine dengan menambah stok coklat mulai dari Silver Queen, Toblerone, dan sebagainya. Toko-toko boneka juga sudah mempersiapkan jenis, warna, dan berbagai bentuk boneka yang unyu. Harganya melesat jauh pun tetap dibeli untuk diberikan sang pujaan hati.

Ah andai kita menghargai beras dalam negeri seperti itu, pasti banyak petani yang sejahtera.

5. “Ngapain ngeramein ajang penjualan kondom?”

Hari valentine sebenarnya banyak diramaikan oleh “predator”. Mereka minta “jatah” seperti tahun baru buat gitu-gituan. Ndak percaya? Coba saja cek dan survey ke apotek-apotek. Pasti penjualan kondom meningkat drastis. Jadi daripada dikira ber-zina, mending tidak usah merayakan valentine. Masuk akal juga ini.

6. “Yaelah, masak ngerayain kasih sayang cuma sehari doank.”

Orang yang alasan seperti ini biasanya pelit. Dia menghitung kasih sayang itu secara kumulatif satu tahun. Karena modal pacaran setahun itu mahal, doi enggak mau keluar lebih waktu valentine. Coba saja kroscek ke teman yang seperti ini. Pasti ada.

Jadi, kamu masuk yang mana?

Sumber: Jogja Student

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...