Sabtu, 20 Februari 2016

Tumblr yang (Harusnya) Diblokir

Tumblr, situs blogging platform milik Yahoo yang populer di Indonesia kini tengah menuai bala karena penyakit bawaan yang diidapnya sejak lama: pornografi. Pasalnya, Kementerian Komunikasi dan Informatika diberitakan telah melayangkan surat permohonan ke berbagai perusahan Internet Service Provider (ISP) untuk memproses pemblokiran Tumblr dan diperkirakan dalam beberapa hari ke depan situs tidak dapat diakses lagi karena kandungan konten cabulnya.

Sontak netizen melayangkan protes, membuat petisi dan menjadi trending topic di Twitter sejak Rabu siang (17/02) karena menganggap Kominfo terlalu berlebihan. Lalu rezim kembali memanjakan netizen dengan tradisi celup cabutnya, malam harinya berita susulan muncul: Kominfo menyatakan batal memblokir Tumblr karena desakan berbagai pihak. Lantas, apa netizen senang? Pastinya. Tapi apakah masalah selesai? Not so fast, man!

Banyak orang yang berasumsi bahwa pornografi adalah hak di internet; Internet is for porn! Tapi sebenarnya kalau kita mau membaca Terms and Agreement dalam situs-situs besar milik publik, internet ternyata punya standar moral khususnya tentang pornografi. Suka atau tidak, dengan atau tanpa kita sadari, pada faktanya Tumblr memang menjadi sarang pornografi sejak situs ini dibuat David Karp 2007 silam. Tentu saja, porn problem yang diidap Tumblr ini bukan semata karena ada konten bermuatan nude photography, video erotis atau ekspresi artistik eksplorasi tubuh yang umumnya ditandai sebagai NSFW di platform lain semisal Instagram, Twitter, Youtube bahkan 9gag. Porn problem di Tumblr hadir ketika konten reguler segala kalangan yang Anda, adik atau anggota keluarga Anda posting bercampur dengan konten x-rated, hardcore, pervertism, rape violence, sexual abuse dan pedophilia tanpa ada sistem fltering yang jelas seperti website publik populer lain. Untuk hal ini, kalau kita orang waras yang bertanggung jawab, semestinya tidak ada tawar menawar.

Di negara kelahirannya, Tumblr sendiri telah dikritisi banyak pihak yang mempromosikan Internet Family Safety hingga mengundang diskusi sengit tentang pornografi dan freedom of speech. "Some people want full, unrestricted access to pornography. They should have it. That’s freedom of speech. But some would prefer to avoid pornography so they too should have the freedom to block it," (Ada orang yang mau akses penuh tanpa halangan ke pornografi. Mereka harus dapat. Itu kebebasan berpendapat. Tapi ada juga yang memilih untuk menghindari pornografi jadi mereka juga harus dapat kebebasan untuk membloknya) ungkap Paul Walsh, founder Metacert lewat opininya.

Tak heran bila ketika Tumblr dipinang Yahoo! di angka US$1,1 Miliar pada Mei 2013, wacana yang merebak di ruang publik adalah akan jadi seperti apa Tumblr tanpa porn? Asumsinya, Yahoo akan membuat akses Tumblr tambah besar, maka pornografinya harus dikontrol. Tapi kenyataannya Marissa Mayer sang CEO tampak tak peduli seraya mengatakan, "Let Tumblr be Tumblr." Dus, semua orang pun tahu yang sebetulnya tengah Yahoo! beli adalah Tumblr dengan bonus a huge porn problem.

Tumblr sendiri belakangan memperbaiki sistem filtering-nya dengan menghilangkan blog bermuatan porno dari sistem pencarian internal situsnya. Mereka menggunakan sistem tagging, safe mode filtering dan pemberian label NSFW content. Namun yang menjadi masalah kemudian, sistem tagging dan pemberian label NSFW content ini sangat bergantung pada kesediaan user-nya sendiri, bukan secara otomatis atau hasil review staff Tumblr resmi. Walhasil, perbedaan antara porn content dan porn blog yang ada di Tumblr tidak dapat dikelompokkan dengan baik ke kategori restricted content tersebut –semua tetap bercampur. Terlebih lagi, hampir semua porn content yang ada di sana bukan merupakan material asli milik user, yang mana bertentangan dengan hak cipta si pemilik konten asli. Yang membuat lebih parah lagi adalah, setiap halaman 'dewasa' tersebut memiliki metadata publik yang tetap terindeks search engine dan mudah dilacak lewat keyword tertentu di Google.

Sampai titik ini, kami paham Kominfo telah melakukan hal yang tepat. Yang salah di sini adalah kampanye, mekanisme dan transparansi pemblokirannya kepada publik lokal di Indonesia. Tak heran bila aksi pemblokiran situs yang dilakukan rezim ini kerap memanen protes dan mengundang antipati. Toh, yang belum kita pertimbangkan dalam kasus Tumblr ini misalnya, bagaimana kerugian yang timbul nantinya, terutama untuk user lokal yang telah lama ngeblog, menyimpan banyak arsip, dan menjalankan aktiviitas/bisnisnya di sana. Untuk yang satu ini, kami tak bisa lebih setuju lagi dari yang telah dipaparkan panjang lebar oleh Damar Juniarto tentang perlunya Menyusun Tata Kelola Blokir yang Cerdas.

Mungkin kita sudah biasa mengeluh kepada pemerintah, khususnya kebijakan Kominfo yang seringkali absurd. Mungkin kita juga belum melupakan rekam jejak Tifatul Sembiring, yang memblokir situs-situs dengan bias kepentingan politik yang sangat kentara. Tapi rezim berubah, zaman berubah, dan kita harusnya lebih waspada terhadap siapa dan apa yang kita dukung. Akal sehat tidak boleh dibunuh oleh semangat melawan dan kemanjaan terhadap rezim yang tak punya integritas ketika membuat kebijakan.

Alih-alih menjadi manja, mengapa tidak kita yang harus melayangkan complain ke Tumblr, mempetisinya kalau perlu dan mendesaknya agar memperbaiki stuktur situsnya yang buruk dengan porn problem yang terus dibiarkan?

Deadpool saja paham kalau filmnya bukan untuk semua umur, kenapa Tumblr tidak?


Prys Pry & Nosa Normanda,
Bandung – Washington DC, 18 Februari 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...