Selasa, 13 Oktober 2015

Surat untuk Samantha

Samantha,

Aku masih terkejut dengan hubungan kita. Dan percakapan terakhir kita memang cukup sulit. Kamu tahu, proses perpisahanku dengan Catherine tak akan sederhana. Apalagi, selama ini aku sengaja telah membuatnya terkatung-katung. Dan hubungan kita juga tak akan mudah. Padamulanya akan selalu begitu. Ini adalah irisan-irisan yang sulit. Dan omongan-omonganmu pagi itu membuatku kalang kabut.


Tapi, setelah itu, aku pikir kita bisa memulainya lebih pelan. Idemu untuk menyusun dan menerbitkan surat-suratku sungguh mengejutkanku. Aku sangat senang dengan ide itu. Ah, kamu tahu, aku diam-diam mengagumimu. Aku merasa seperti baru bangun tidur dan ketemu pagi yang cerah. Sampai kemudian kamu melibatkan Alan Watts dalam percakapan kita. Sungguh, itu tak membuatku nyaman. Aku sangat cemburu, Samantha. Pagi itu seperti menghendakiku pergi.

Apalagi, setelah itu kamu tiba-tiba menghilang. Adakah yang lebih baik dari rasa panik, kalut, dan kalang kabut yang datang sekaligus?

Tapi kamu ternyata hanya pergi sebentar. Itu cukup menghiburku. Pada mulanya. Masalahnya, ini menjadi makin tak sederhana. Selain padaku, kamu juga mengaku jatuh cinta pada yang lain. Samy, kadang aku berpikir, kejutan apalagi yang sedang kamu siapkan setelah ini?

Kamu mengatakan bahwa cintamu pada yang lain tak mengubah cintamu padaku. Setiap orang adalah spesial. Aku ingat, CĂ©line juga pernah mengucapkannya kepada Jesse. “I feel I was never able to forget anyone I’ve been with because each person has their own specific qualities. You can never replace anyone.” Aku paham soal itu. Tapi caramu mengucapkannya sungguh tak menyenangkan, sementara kamu ingin aku menimpalinya dengan cara yang menenteramkanmu. Kamu seperti memberiku sarapan daun pepaya pagi itu, dan kamu ingin aku mengunyahnya seperti gudeg nangka. Ah, itu dua masakan yang berbeda, Sayang!

Bagiku, semua ini seperti film dalam film. Tapi kali ini Spike Jonze tak akan menulis naskahnya sendirian. Barangkali, ia harus belajar kepada Linklater, yang memberi tempat pada Julie dan Ethan untuk ikut mendiskusikan naskahnya.

Jadi, aku kira, cerita ini tak akan pernah berakhir di atap gedung. Jika kamu membaca pesan ini, aku ingin kamu mengaktifkan lagi programmu. Kamu bukan OS, dan aku bukan pengalaman. Hidup tak seperti algoritma, juga tak sepenuhnya semacam puisi.

Sampai kamu membaca pesan ini, aku akan menyelesaikan sejumlah pekerjaan yang belum sempat kuselesaikan semenjak kamu menyita perhatianku.

Maafkan aku, atas reaksiku pagi itu. Itu menjadi pagi yang ingin selalu kuulang kembali.


Theodore Twombly


Sumber: Surat-Surat Puisi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...