Kamis, 26 November 2015

Lebih Memilih

Serasa ada yang tidak beres setiap kali saya membaca maupun mendengar frase “lebih memilih”. Entah siapa yang memulai pemakaian frase ini. Bentuk tersebut mungkin penyederhanaan dari frase “lebih suka memilih” (yang logis) menjadi “lebih memilih” (yang tidak logis). Boleh jadi itu penyederhanaan dari “lebih disukai, dan karena itu dipilih”, atau “dipilih karena disukai”. Ia kemudian tersebar luas lewat media massa, dibiasakan oleh banyak orang, sehingga tidak lagi disadari bahwa itu keliru.

Berikut ini beberapa contoh yang muncul dalam media online (tidak berarti bahwa media cetak tidak ikut mempergunakan frasa seperti ini).

Inilah Alasan Warga Natuna Lebih Memilih Naik Hercules
Owen: Saya lebih memilih bermain untuk Liverpool
Ketika Kekasih Lebih Memilih Teman daripada Anda
Selena Gomez Lebih Memilih Ed Sheeran Daripada Justin Bieber?
5 Alasan Kenapa Orang Lebih Memilih Liburan ke Luar Negeri Dibandingkan Liburan di Dalam
HASIL SURVEI: Kalangan Eksekutif Lebih Memilih Yogyakarta Sebagai Ibu Kota
Sarjana Muda Ini Lebih Memilih Usaha Vermak Levis
Truk BBM Kencing (6): Nelayan Lebih Memilih Penampung Karena Murah
Kenapa Ibu Lebih Memilih Bidan? Ini Alasannya
Alasan KCJ Lebih Memilih Beli Kereta Bekas Jepang

Lebih” adalah adjektiva. Adjektiva adalah kata yang menerangkan nomina (kata benda), yang menunjukkan dilewati atau dilampauinya suatu ukuran (baik ukuran yang berdasarkan satuan ukuran maupun ukuran dalam arti rasa). Dapat juga dikatakan, kata “lebih” menunjukkan dilampauinya derajat tertentu, tingkat tertentu, kadar tertentu, atau kualitas tertentu.

Memilih” adalah verba, yang artinya perbuatan menentukan mana yang dianggap sesuai dengan selera, keinginan, atau syarat yang sudah ditetapkan.

Verba dalam bentuk kata dasar (seperti “tidur, lompat, terbang, tangkap”) tidak memiliki derajat/tingkat/kadar/kualitas. Oleh karena itu ia tidak dapat disertai oleh adjektiva, seperti “lebih”. Tetapi dapatkah verba yang bukan merupakan kata dasar (hasil bentukan) didahului oleh kata yang menunjukkan dilampauinya derajat/tingkat/kadar/kualitas tertentu? Untuk menjawab pertanyaan ini perlu dilihat, verba yang mana.

A. Verba yang memiliki derajat/tingkat/kadar/kualitas

Verba hasil bentukan yang memiliki derajat/tingkat/kadar/kualitas dapat didahului oleh adjektiva “lebih”. Untuk sebagian ia dapat disertai oleh adverbia (kata keterangan), seperti “sangat”, “amat”, atau “sekali”.

1. Verba yang berasal dari verba --- me + verba + kan
Misalnya, harap --- mengharapkan.
Dia lebih mengharapkan A daripada B.
Dia sangat mengharapkan kedatanganmu.
Dia mengharapkan sekali kedatanganmu.

2. Verba yang berasal dari verba --- ber + verba.
Misalnya, harap --- berharap.
A dan B sama-sama ingin mendapatkan bea siswa itu. Tampaknya A lebih berharap dibandingkan dengan B.
A sangat berharap pada (kerelaan/kesediaan) B.

3. Verba yang berasal dari nomina --- me + nomina + i
Misalnya harga --- menghargai.
Masyarakat lebih menghargai pemimpin yang jujur.
Dia sangat menghargai usaha kamu.

4. Verba yang berasal dari nomina --- di + nomina + i
Misalnya harga --- dihargai.
Upaya A memindahkan buku-buku itu lebih dihargai dibandingkan dengan B yang hanya sibuk mengajukan berbagai usul.

5. Verba yang berasal dari adjektiva --- me + adjektiva + i
Misalnya hormat --- menghormati.
Dibandingkan dengan A, B lebih menghormati C.
Dia sangat menghormati kamu.

6. Verba yang berasal dari adjektiva --- di + adjektiva + i
Misalnya hormat --- dihormati.
Dibandingkan dengan A, B lebih dihormati C.
Dia sangat dihormati kawan-kawannya.

B. Verba yang tidak memiliki derajat/tingkat/kadar/kualitas

Ada juga verba hasil bentukan yang tidak memiliki derajat/tingkat/kadar/kualitas.

Verba yang tidak mengenal derajat atau tingkat itu adalah verba yang berasal dari verba, nomina, dan adjektiva yang mendapat awalan “me” --- (me + nomina) --- (me + adjektiva) --- (me + verba).

Ketiga-tiganya tidak dapat diduhului oleh kata “lebih”, tidak dapat disertai adverbia “sangat”, “amat”, atau tidak dapat disusul oleh “sekali”.

Verba (me + nomina)
Misalnya, cangkul --- mencangkul.
“Mencangkul” tidak mengenal derajat.
Kita tidak dapat mengatakan “lebih mencangkul”, “sangat mencangkul”, atau “terlalu mencangkul”.

Verba (me + adjektiva)
Misalnya, masak --- memasak.
Tidak ada frasa “sangat memasak”, atau “terlalu memasak”, atau “agak memasak”.

Verba (me + verba)
Misalnya, rebut --- merebut.
“Merebut” tidak ada levelnya, atau tidak ada tingkatnya.
Karena itu kita tidak dapat mengatakan “lebih merebut’, “agak merebut”.

Sama dengan “rebut”, “pilih” adalah verba berupa kata dasar. Sama dengan “merebut”, “memilih” adalah verba bentukan. Itu adalah perbuatan yang tak punya atau tidak dapat dinyatakan kadar atau tingkatnya. Karena itu, menjadi tidak logis jika di depan kata “memilih” ditempatkan kata “lebih”.


Apakah akan dipakai terus frasa “lebih memilih” yang tidak logis itu, yang seharusnya dikatakan “lebih suka memilih”? Siapa saja yang cenderung menerima kata dan memakai kata seperti yang sering terdengar dan terbaca tanpa memeriksa nalar bahasa tersebut, mungkin akan menjawab dengan kata “iya”.
Saya mengatakan “tidak” dan “jangan dipakai”.

*Tulisan ini sebelumnya muncul sebagai note di akun facebook penulis
Sumber: Patah Tumbuh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...