Senin, 12 Oktober 2015

Entahlah

Sehabis sholat tadi, aku mengaji lagi. Ya, Tuhan, aku kemarin-kemarin menganggap-Mu tiada. Tepatnya, aku meniadakan-Mu. Aku memang tidak menjadi atheis kemarin, karena seseorang tak perlu menjadi atheis untuk meniadakan-Mu. Aku masih sholat kemarin-kemarin, tapi sholat juga tak menjamin keberadaan-Mu.

Aku pikir, memang ada beda antara "ada" dan "mengada". Kau kemarin mungkin ada, tapi tak mengada bagiku. Betapa rumitnya hidup yang Kau ciptakan.

Untunglah, kemarin aku membaca lagi Kundera. The Planet of Inexperience. Hidup adalah sebuah ketakberpengalamanan. Justru di situlah martabat manusia: ketakberpengalamanan. Kita lahir tanpa pernah punya pengalaman menjadi hidup sebelumnya. Kita menjadi dewasa tanpa pernah tahu apakah dewasa itu. Seorang tua adalah kanak-kanak dalam masa tua mereka. Dan memang seperti itulah hidup. Aku menjadi tahu bahwa hidup mirip sebuah buku: tanya dan jawab hadir secara bergantian. Tak ada pertanyaan yang tak ada jawabannya. Meskipun, jawaban itu berada dalam bab yang berbeda dari yang kita baca hari ini. Buku menghadirkan tanya dan jawab sekaligus, jika kita tuntas membacanya.

Betapa tak menariknya hidup jika kita telah mengetahui segalanya, sama tak menariknya dengan jika kita tak mengetahui apapun dalam hidup. Karena itu hidup harus mirip sebuah buku: kita hanya tahu apa yang sudah kita baca sembari menebak-nebak kelanjutannya. Kita tak tahu semuanya, tapi kita juga tidak tak-tahu apapun.

Entahlah... #prosa10

Sumber: Surat-Surat Puisi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...