Kamis, 08 Oktober 2015

Nilai Tempat

Pengharapan dan kecemasan ternyata menghalangi penemuan. Pengharapan pada dasarnya memperkerut ruang ekspektasi, sementara kecemasan justru meluaskannya. Tarik-menarik keduanya membesarkan ketidakpastian.

Secara tak sengaja, saat di kamar mandi pikirannya menangkap kembali ajaran-ajaran gurunya tempo hari tentang fisika inti. Diperlukan energi 10,20 eV untuk memindahkan sebuah elektron dari kulit pertama ke kulit kedua dalam model atom Bohr. Semakin dekat ke inti atom, energi yang diperlukan untuk memindahkannya semakin besar.

Ruang, posisi, dan kecepatan memang selalu menjadi hal yang menarik. Setiap detik keberadaan manusia dihabiskan untuk memenuhi ruang, melampaui titik tertentu, dan bergerak seringkas mungkin. Tak heran mereka begitu suka membuat batas-batas, aforisma, dan pemodelan dalam hubungan pusat dan pinggiran.

Di sinilah paradoks lahir. Kita menginginkan segala sesuatu bisa diukur dan dihitung (dengan kata lain terbatasi). Tapi, kecemasan dan pengharapan mengacau-balaukan semuanya. Kecemasan telah melahirkan banyak labirin di balik pintu-pintu, sementara pengharapan hanya mendekatkan jebakan saja.

Dia memikirkan semua itu karena sedang meneliti sebuah ruang. Hampir saja dia bisa menentukan kecepatan dan titik koordinat sembarang benda di ruangan itu, sampai pengharapan dan kecemasan mengacaukannya.

Sampai kapan nilai tempat ditentukan terus-menerus oleh titik koordinat dan kecepatan gerak sebuah benda? Dan apakah memang demikian?

Dia keluar dari kamar mandi dengan bibir tetap manyun. #prosa07

Sumber: Surat-Surat Puisi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...