Aku mengenalmu dalam pagi yang remang. Anganku belum lagi jejag, dan mata ini masih terpicing ketika kamu datang dan tinggal. Sebelumnya kamu adalah mentari yang selalu hadir tiap pagi dan pergi saat senja menjemput. Biasa. Sama seperti tiap tarikan nafasku. Semuanya tak pernah disadari.
Sampai kamu datang pada pagi yang remang itu. Dan kamu menjadi mentari yang tak biasa karena kau tak lagi datang dan pergi seperti biasanya. Kau tak pernah tenggelam. Tepatnya, kau tak ingin tenggelam, sama seperti keinginan yang kupupuk sejak pagi yang remang itu.
Aku tidak tahu, apakah itu lebih baik atau lebih buruk. Hanya saja, aku merasa lebih nyaman. Tentu, aku kini harus selalu melindungi kulitku dari sengatanmu. Dan aku harus membeli kipas angin besar jika kepanasan. #prosa06
Sumber: Surat-Surat Puisi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar