KPI baru saja merilis hasil riset indeks kualitas siaran televisi yang ketiga. Metode penelitian yang dipakai sama bermasalahnya dengan keberadaan riset ini sendiri.
Senin, 26 Oktober 2015
Survei KPI, Cermin Yang Buram
Masuk Sorga Sendirian
Kita tidak egois dalam mencintai Allah dan Rasulullah. Gamelan kita tabuh, gitar kita petik, biola kita gesek dan seruling kita tiup — agar memperindah pernyataan cinta kita kepada Allah dan Rasulullah.
Kalau Takut Anak Istrimu Kelaparan
Kalau kau pelajari kebenaran dan kau memperjuangkannya dalam kehidupan, sering-seringlah menanyakan kepada dirimu sendiri: Sesudah pagi mengucapkan kebenaran, apakah siangnya masih berlaku kebenaran itu dalam hidupmu? Kalau sore kau teriakkan kebenaran, apakah engkau sanggup menjaga kesuburannya di malam hari?
Syair Tukang Bakso
Sebuah pengajian yang amat khusyuk di sebuah masjid kaum terpelajar, malam itu, mendadak terganggu oleh suara dari seorang tukang bakso yang membunyikan piring dengan sendoknya.
Kurikulum Curang
Saya tak berani memastikan apakah kecurangan termasuk ke dalam kurikulum pelajaran atau pelatihan sepakbola. Tapi setidaknya pendidikan ini tentu dilakukan secara ekstra kurikuler. Setidaknya setiap pemain belajar secara diam-diam, membawa ‘buku kecurangan’, terutama para pemain yang merasa berbakat menjadi ‘petugas pembunuh’.
Persaingan Dengan Tetangga
Aku beli sepeda, tetanggaku beli sepeda lebih bagus. Aku beli motor, tetanggaku beli motor lebih mahal. Aku beli kulkas, tetanggaku beli kulkas lebih besar. Aku beli radio, tetanggaku beli teve. Aku beli mobil rongsokan, tetanggaku beli mobil baru.
Surat untuk Sri
Sri,
Sekarang pukul 00.22 dinihari. Tadi sore di sini mendung, tapi tidak hujan. Malam ini cuaca agak panas, sehingga aku harus melepas singlet yang basah oleh keringat. Seperti itulah, ini musim pancaroba. Panas dan hujan datang silih berganti. Kadang dingin menggigil, lalu tiba-tiba gerah membakar.
Sekarang pukul 00.22 dinihari. Tadi sore di sini mendung, tapi tidak hujan. Malam ini cuaca agak panas, sehingga aku harus melepas singlet yang basah oleh keringat. Seperti itulah, ini musim pancaroba. Panas dan hujan datang silih berganti. Kadang dingin menggigil, lalu tiba-tiba gerah membakar.
Minggu, 25 Oktober 2015
Tentang Puisi(ku)
puisi adalah transendensi pengalaman privat. pada mulanya boleh jadi rintihan, kesepian, atau berahi yang membuncah, tapi begitu menjelma puisi, segala durga-mula itu menjadi sublim. bukankah kita melihat dunia seperti mengintip dari lubang kunci, sesuatu yang mendekati bentuk sebuah puisi: sublimasi pengalaman renik-sederhana sebagai tata cara melihat kompleksitas mayapada?!
Sabtu, 24 Oktober 2015
Senyawa
kita menyatu dalam cangkir
sebagai minuman
aku bukan diriku
kamu bukan dirimu
sebagai minuman
aku bukan diriku
kamu bukan dirimu
Jumat, 23 Oktober 2015
Surat untuk Julia
Julia,
Hujan telah lama lewat, tapi dingin yang dibawanya masih terus membekap. Hawa di tengah tahun ini memang mengigit. Dan hujan di ujung malam tadi telah menambah dingin pagi ini. Pagi ini juga terasa “dingin”, karena di gedung ini tinggal kamarku yang masih bersuara. Bunyi kipas menguar memecah gumpalan udara kamar yang kusewa. Aku menghidupkan radio untuk mengusir sepi, sekaligus untuk menemaniku menyusun huruf demi huruf surat ini.
Hujan telah lama lewat, tapi dingin yang dibawanya masih terus membekap. Hawa di tengah tahun ini memang mengigit. Dan hujan di ujung malam tadi telah menambah dingin pagi ini. Pagi ini juga terasa “dingin”, karena di gedung ini tinggal kamarku yang masih bersuara. Bunyi kipas menguar memecah gumpalan udara kamar yang kusewa. Aku menghidupkan radio untuk mengusir sepi, sekaligus untuk menemaniku menyusun huruf demi huruf surat ini.
Kamis, 22 Oktober 2015
/7/ Poesiku
/7/ “Aku tidak pernah mencintaimu!” hardik perempuan itu kepada lelakinya, ketika mereka bertengkar hebat malam itu. “Jangan pernah mengatakan itu!” bentak lelakinya. Mereka bersitatap dengan mata nanar.
Rabu, 21 Oktober 2015
/6/ Poesiku
/6/ Akal sehat selalu membuat luka kecil menjadi bernanah. Maka, pada hari pertama ketika mereka berpisah dulu, si lelaki masih sempat menulis puisi. Puisi terpendek yang pernah ditulisnya, dan sekaligus yang mungkin paling disesalinya: “Setan sekali Kau, Tuhan!” Barangkali benar, cinta itu seperti arak, semakin lama rasanya semakin lezat, semakin memabukan, dan tentu saja semakin mahal harganya. Tentu, arak yang baik hanya lahir dari bahan yang baik dan racikan yang tepat. Lama dan baru hanyalah kondisi, dan bukan syarat. Tapi bukan itu yang merisaukannya. Hal yang paling merisaukannya adalah ia sungguh tak tahu, apakah ia sedang menyimpan nanah, ataukah arak? Ketika ia sudah tak lagi sanggup menulis, yang bisa dilakukannya hanyalah membaca puisi-puisinya yang telah silam.
Selasa, 20 Oktober 2015
/5/ Poesiku
/5/ Mereka berdua menyukai rempah-rempah dan merencanakan kelak memiliki rumah yang akan dikelilingi kebun rempah, selain sayur dan buah. Setiap senja mereka akan mendiskusikan mimpi-mimpi itu. Mereka menyukai film Paul Mayeda yang sangat hidup bercerita mengenai rempah dan kehidupan, serta buku Turner yang dengan apik mampu meyakinkan pembacanya bahwa alasan pelayaran bangsa-bangsa Utara ke Selatan pada zaman dulu bukanlah untuk merebut makam suci dari kaum kafir, atau untuk menyebar ayat-ayat Tuhan, melainkan karena makanan mereka yang sangat memprihatinkan. Mereka setiap hari makan dengan daging asin dalam kondisi yang seringkali hampir basi dan membusuk. Bangsa Sparta, misalnya, hanya bisa menyedapkan makanan mereka dengan kerja keras dan rasa lapar. Tak ada yang mampu menolong mereka dari penderitaan itu kecuali sedikit lada, jahe atau kayu manis. Hanya rempah-rempah itu yang bisa menyamarkan bau daging dan asinnya garam. Dan untuk itulah mereka rela menyabung nyawa membelah lautan. Betapa puitisnya sejarah yang demikian. Tak heran, Edward Said menyebut bahwa rempah adalah imajinasi orientalisme yang paling kental. Ketika membicarakan rempah, lelaki dan perempuan itu akan saling tatap dengan mata berbinar. Dalam semua dongeng dan kitab kuno, rempah adalah simbol gairah dan eksotisme. “Bau tubuhmu seperti gaharu,” kata si lelaki kepada perempuannya. Dengan tatapan manja, perempuannya tersipu. “Hanya seperti gaharu?” tanya perempuannya, menggoda. “Tadinya aku mau bilang seperti kemenyan sih,” jawab si lelaki. Keduanya terbahak. “Kamu itu seperti pekak, alias kembang lawang,” kali ini si perempuan memberikan penilaiannya. “Kenapa pekak?” tanya si lelaki. “Karena cuma di masakan yang ribet ada pekaknya. Dan masakan yang ribet itu adalah masakan yang enak. Berkelas,” jelasnya, dengan mimik yang serius. Kali ini giliran si lelaki yang tersipu. “Sementara, aku adalah cabe Meksiko,” lanjut si perempuan, “yang peddeeessnya minta ampun.” Keduanya kembali tertawa. “Aku pikir kamu memang seperti cabe,” kata si lelaki tenang. Dengan tatapan mendalam ia menyapu wajah perempuannya. “Kamu bisa membakar mulut dan membuat sakit perut,” imbuhnya. “Tapi itu hanya terjadi di tangan koki yang salah. Aku menyukai sambal dan makanan pedas, jadi tak akan gampang sakit perut,” katanya, sembari meraih jemari perempuannya. Tubuh mereka merapat, meruapkan aroma mur, gaharu, nilam dan cendana. #poesiku (Nun Poem)
Senin, 19 Oktober 2015
/4/ Poesiku
/4/ Mereka mengikat janji di bawah sinar bulan, melalui sebuah obrolan sampai pagi yang menguras perasaan. Di rona-rona pipi perempuan itu, si lelaki melihat pohon cintanya tumbuh merindang. Mereka saling membacakan sajak Chairil secara bergantian, disaksikan laron dan serangga malam yang berjatuhan di lampu minyak di meja pekarangan. “Kupilih kau dari yang banyak… // Aku pernah ingin benar padamu,” bujuk si lelaki. Si perempuan tersipu. Ia lalu membalas, “aku sekarang orangnya bisa tahan // sudah berapa waktu bukan kanak lagi // tapi dulu memang ada satu bahan // yang bukan dasar perhitungan kini.” Ia lalu bercerita mengenai pengalaman buruknya ditinggal lelaki. Ia mengaku bahkan sempat ingin bunuh diri karenanya. Si lelaki menggapai tangannya. Ia lalu membacakan kembali Chairil: “Kalau kau mau kuterima kau kembali // Dengan sepenuh hati // Aku masih tetap sendiri // Kutahu kau bukan yang dulu lagi // Bak kembang sari sudah terbagi // Jangan tunduk! Tentang aku dengan berani.” Mereka bersitatap, lalu saling tersenyum. Ada satu masa ketika si lelaki itu juga pernah memendam frustrasi sebenarnya. Ia telah mengenal perempuan itu sejak kecil, tapi tak pernah bisa memahaminya. Setiap hari ia mengiriminya puisi, tapi tak pernah berbalas. Sampai suatu saat ketika frustrasinya membuncah, ia mengirim sebuah puisi pendek kepada perempuan itu: “Yang kutakut bukan tak kau buka pintumu // Yang kutakut aku kan bosan mengetuk.” Lalu berjumpalah mereka malam itu. Sebuah malam yang menguras perasaan. #poesiku (Nun Poem)
Minggu, 18 Oktober 2015
/3/ Poesiku
/3/ "Untuk mengawali hariku, aku ingin menciummu, setiap hari selama aku hidup," kata perempuan itu. Dan itu adalah janji termanis yang pernah didengarnya, belasan tahun silam. Tetapi, sebuah pertengkaran kecil telah memisahkan mereka. Tak ada lagi tegur sapa dan isyarat yang mengantarkan kasih. Keduanya membiarkan akal sehat merebut ruang-ruang cinta di rumah mereka. Padahal, ketika saling menautkan hati, keduanya sama-sama berikrar, tak akan ada akal sehat di rumah itu. Yang ada hanya cinta. Gunakan akal sehat hanya ketika meninggalkan rumah. Dan akal sehat telah membuat luka kecil menjadi kanker. Itu adalah sebuah perpisahan yang mematikan, tak cuma menyakitkan. Tak ada lagi ciuman mesra tiap pagi yang mendarat di bibir, pipi, dagu, atau keningnya. Sejak itu, ia tak lagi bisa menulis puisi. Setiap hari, sebangun tidur, sembari menatap sketsa Monalisa di dinding kamarnya, ia akan berucap lirih, "Hal pertama yang ingin kulakukan sebangun tidur adalah mencintaimu..." Hanya dinding kamar yang kusam yang menyimak ucapannya. #poesiku (Nun Poem)
Sabtu, 17 Oktober 2015
Ekonomi Biru, Ekonomi Baru
Makin banyak orang suka minum kopi. Konsumsi kopi terus meningkat dari tahun ke tahun. Bahkan di Jerman, negeri bir, kabarnya kopi telah menyalip minuman beralkohol itu sebagai minuman favorit.
Surat Terbuka Korban Pemerkosaan pada Menkopolhukam Luhut Panjaitan
Kasus dugaan pemerkosaan yang menimpa RW, seorang mahasiswi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia dan melibatkan sastrawan Sitok Srengenge terus bergulir.
/2/ Poesiku
/2/ Kamar itu kusam. Sebuah sketsa Monalisa menggantung di dindingnya. Sejak berhenti menulis puisi, ia mengalihkan energinya untuk membuat sketsa. Setiap hari ia membuat puluhan sketsa. Dengan obyek yang sama: Monalisa. Ketika seorang kawannya berkunjung, bertahun kemudian, ia mendapati bahwa di balik semua sketsa yang dibuat sang penyair, ia selalu menuliskan sebait kalimat yang menurut sang kawan adalah sebuah puisi. “Katanya kau berhenti menulis puisi, tapi semua sketsamu ini masih kau tulisi puisi juga?” tanya kawannya. “Itu bukan puisi,” sanggah sang penyair. “Tapi aku merasa ini adalah sebuah puisi. Mungkin dalam bentuk yang lain,” kawannya mencoba menilai. “Itu sekadar persembahan,” sang penyair kembali menyanggah. Di balik setiap sketsa itu, ia memang menulis: “Untuk seseorang, yang diamnya adalah lukisan, dan tuturnya adalah puisi…” #poesiku (Nun Poem)
Jumat, 16 Oktober 2015
/1/ Poesiku
/1/ “Jika aku mati, di pusaraku sebaiknya ditulis: ‘Di sini beristirahat seorang lelaki yang setia kepada cintanya’.” Kalimat itu tertulis dalam buku lusuh milik seorang penyair. Tepatnya, bekas seorang penyair. Ia berhenti menulis puisi semenjak ditinggal kekasihnya. Tak ada lagi yang ingin diabadikannya, setelah itu. Ia tak ingin mengabadikan kemurungan dan kerisauan. Pendek kata, semenjak hari yang buruk itu, ia sepenuhnya berhenti menulis puisi. #poesiku (Nun Poem)
Kamis, 15 Oktober 2015
Sukarno Dan Analogi ‘Dasamuka Bermulut Sepuluh’
Dokumen visi-misi Jokowi-JK, yang sangat terang-benderang mengusung Trisakti, mungkin sudah dimasukkan ke laci dan dilupakan.
“Yang Terpanggil Tanah Air”: Praktik Politik-Seni di Indonesia Masa Kini
DALAM esai bertajuk “The Island that Literature Forgot”, Wayan Sunarta menjelaskan secara singkat babakan-babakan dalam sastra Indonesia, mulai dari Pujangga Lama, Generasi 1945, Generasi 1960-an, novel-novel Romantis di tahun 1980-an, Generasi Reformasi dengan Wiji Thukul sebagai salah seorang pelaku, Angkatan 2000, Sastra Cyber, Sastrawangi, dan Perang Sastra boemipoetra vs TUK/Salihara. Setelah membabar secara singkat babakan sastra Indonesia sejak era Pujangga Lama hingga Perang Sastra boemipoetra vs TUK/Salihara, Sunarta kemudian membabar tentang politik sastra yang dimainkan oleh Goenawan Mohamad dan para pengkritiknya dalam Frankfurt Book Fair (FBF). Tulisan Sunarta itu tampaknya lahir sebagai kritik terhadap acara FBF yang menampilkan Indonesia sebagai tamu kehormatan.
Label:
Bosman Batubara,
Goenawan Mohamad,
Literasi,
Salihara
Mengapa Kita Harus Membenci PKI?
Waktu kecil, saya sering sekali mendengar orang mengumpat dengan menyebut “PKI!” atau “Yahudi!” Padahal di desa saya tidak bisa ditemui makhluk PKI ataupun Yahudi. Tapi kebencian itu ada, dan nyata.
Lah, Kalian Itu Mau Rekonsiliasi atau Perang Lagi?
"Jadi orang jangan absolut-absolutan. Jangan mutlak-mutlakan.” ~ Rusdi Mathari.
Anindya Kusuma Putri, Selalu Dinanti Selalu di Hati
Begini, Dik Nin. Suatu hari, seperti biasa, saya mendapat pesan dari Kaq Banah, pemred Mojok.co. Setelah menjelaskan mengapa satu tulisan saya belum bisa diterbitkan, karena satu dan lain hal, ia meminta saya menulis tentang Dik Nin. Ya, persis, tentang Dik Nin yang belakangan muncul dalam imajinasi orang kiri karena pake baju palu arit.
Palu Arit Anindya Kusuma Putri
“Yang ia butuhkan syair kesejukan. Bukan hinaan dan cibiran. Buka matamu, inilah kenyataan. Buka hatimu, jangan hanya terdiam. Aku ada. Ada. Ada.” ~ God Bless, Syair untuk Sahabat.
Kanda Eggi Sudjana yang Baik dan Benar
“Waspadai, bangkitnya gerakan neo-PKI, kita tidak boleh memberi kesempatan bagi mereka untuk kembali melukai keutuhan NKRI. Diberi sedikit kuasa saja, sudah pasti sadis. Sejarah mencatat, HMI, NU, Muhammadiyah dan TNI AD inilah yang menjadi musuh utama PKI.” – Kanda Eggi Sudjana, 2014
Buku Putih Sejarah Komunis Indonesia
Posisi komunisme dalam sejarah perjuangan Indonesia.
Surat untuk P
Mojokuto, 1 September 1955
Di luar sana senyap, tak lagi gaduh seperti seharian tadi. Satu dua oto masih melintas dengan jeda yang kian panjang. Ini malam kedua di Mojokuto, setelah 53 hari kemarin tersekap di ruang lain, terpencil di tepi hutan Wanagalih.
Di luar sana senyap, tak lagi gaduh seperti seharian tadi. Satu dua oto masih melintas dengan jeda yang kian panjang. Ini malam kedua di Mojokuto, setelah 53 hari kemarin tersekap di ruang lain, terpencil di tepi hutan Wanagalih.
Awas Perangkat Komputer dan Smartphone Disandera Ransomware
Melakukan klik pada link di smartphone Anda untuk menonton video musik terbaru mungkin terdengar tidak berbahaya, tetapi hal yang sama telah membuat seorang gadis usia 12 tahun dari Tennessee berada dalam kesulitan tahun lalu.
5 Cara Hacker Bisa Merampok Uang Anda
Anda mungkin berpikir berbelanja di suatu toko tertentu (offline) atau berbelanja secara online dengan menggunakan saluran Verified By Visa sangat aman, namun percayalah di zaman serba terhubung ini ada saja kemungkinan ketika Anda melakukan transaksi, hacker memiliki kesempatan untuk mencuri uang Anda.
Sempurnanya Keikhlasan
Kata Rasulullah, kalau tangan kananmu berbuat baik, tangan kirimu jangan sampai tahu.
Memukul dan Tidak Bermusuhan
Bertinju di ring masih lumayan moralnya. Mereka saling rela memukul dan dipukul karena suatu tekad profesional, aturannya jelas, berlangsung transparan, dan mereka bertinju tidak dalam rangka bermusuhan, membenci atau menguasai sebagai sesama manusia.
Kukejar Pencuri Hingga ke Liang Naga
Kalau ada orang mencuri barang saya, saya akan cari pencuri itu sampai ketemu. Sampai ke liang naga pun akan saya kejar. Kemudian kalau ketemu, saya akan minta dia mengembalikan barang saya yang dicurinya itu. Lantas saya tanyakan padanya apakah ia sungguh-sungguh membutuhkan barang itu. Kalau dia bilang ya, saya akan langsung memberikan barang itu kepadanya.
Rabu, 14 Oktober 2015
Surat untuk Celine
Celine,
Aku masih ingat bagaimana pertama kali jatuh cinta padamu. Hari itu, aku sesungguhnya hanya ingin menggodamu. Kamu tahu, caramu mengejekku, soal kemalasanku belajar bahasa, berhasil menarik perhatianku. Menurutku, ejekan selalu lebih berhasil memberi kesan daripada pujian. Dan kamu melakukannya dengan baik, hari itu, meskipun kamu mungkin tak memaksudkannya begitu.
Aku masih ingat bagaimana pertama kali jatuh cinta padamu. Hari itu, aku sesungguhnya hanya ingin menggodamu. Kamu tahu, caramu mengejekku, soal kemalasanku belajar bahasa, berhasil menarik perhatianku. Menurutku, ejekan selalu lebih berhasil memberi kesan daripada pujian. Dan kamu melakukannya dengan baik, hari itu, meskipun kamu mungkin tak memaksudkannya begitu.
Selasa, 13 Oktober 2015
Rekonsiliasi Tanpa Marxisme(-Leninisme)?
Ketika Profesor Widjojo yang dikenal sebagai arsitek pembangunan ekonomi Orde Baru ditanya Jakob Oetama “…kenapa ia tidak mencoba menjelaskan dalam konteks pemikiran yang lebih komprehensif tentang jalan ekonomi pasar dalam tali-temali kaitan dan semangatnya dengan pemikiran besar Indonesia seperti yang tertuang dalam UUD 1945?" ia menjawab, bahwa untuk membahas dan menulis tema besar itu diperlukan pemikir ulung sekaliber ~ yang waktu itu ia sebut ~ Karl Marx. (Jakob Oetama, "Padanya Berlaku Sepenuhnya Ungkapan: Sepi Ing Pamrih, Rame Ing Gawe" dalam Kesan Para Sahabat tentang Widjojo Nitisastro, Penerbit Buku Kompas, Penyunting Moh. Arsjad Anwar dkk, Jakarta, 2007;45).
Setelah Menumpas PKI 50 Tahun Lalu
Setelah menumpas Komunisme dan Partai Komunis Indonesia (PKI) 50 tahun lalu, kekuatan pemenang yang menamakan diri Orde Baru mulai berbenah dan menjalankan strategi pembangunan untuk Republik Indonesia tanpa menyisakan ruang untuk politik yang berbeda.
Survei Nielsen: Media Cetak Mulai Ditinggalkan Para Pengiklan
Berdasarkan hasil survei Nielsen Advertising Information Service yang dirilis Nielsen Indonesia, belanja iklan selama semester satu 2015 masih bertumbuh sebanyak 4% atau sekitar Rp57,1 triliun dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Ajakan Membasmi Cyber Crime di Indonesia
Ada kecenderungan terjadinya peningkatan serangan cyber di Indonesia beberapa waktu belakangan. Peningkatan tersebut mungkin dipicu oleh makin banyaknya pengguna internet dan kurang meleknya mereka terhadap ancaman kejahatan di internet. Untuk itulah, Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel) mengajak semua pemangku kepentingan untuk berkolaborasi dalam memerangi cybercrime yang saat ini jumlahnya sudah makin meningkat tersebut.
Seandainya Salim Kancil Hidup di Zaman Nabi
Selepas peristiwa berdarah 65, kekejian demi kekejian seolah-olah menjadi lumrah di Indonesia. Berbagai kasus pelanggaran HAM terjadi berulang-ulang. Gereja-gereja dibakar, Jemaat Ahmadiyah diserang, Syiah diusir dari kampung halamannya, buruh-buruh diintimidasi ketika menuntut hak-haknya, petani dijarah tanahnya oleh korporasi dan tentara. Seperti tak cukup, beberapa hari yang lalu kabar mengerikan lain sampai kepada kita: dua pejuang agraria, Tosan dan Salim Kancil dianiaya. Nama terakhir meregang nyawa dalam pembantaian yang sulit dibayangkan oleh akal sehat manusia.
Penjahat Dunia Nyata Bergerak Secara Online
Jarak antara kejahatan online (cybercrime) dengan kejahatan dunia nyata (kejahatan tradisional) kini semakin kabur karena kini penjahat tradisional juga menggunakan kekuatan online untuk melancarkan aksi mereka.
Europol Luncurkan Gugus Tugas Perangi Penjahat Cyber
Penjahat cyber kini semakin canggih dalam melakukan aksinya. Untuk itu, perlu perlawanan yang sepadan dari pihak kepolisian. Untuk itulah Europol meluncurkan gugus tugas baru yang bertugas untuk memerangi penjahat cyber paling top sekalipun.
Memelihara Fitnah Sampai Tua
Tidak sedikit jumlah orang yang bertele-tele hidupnya dengan terus menerus membiarkan pikiran dan hatinya dihuni rasa dengki, dipenuhi fitnah tentang ini dan kepada itu, dikili-kili prasangka-prasangka dan digerogoti tuduhan tuduhan. Baik yang diungkapkan, diterapkan, maupun yang dibiarkan terpelihara di dalam dirinya sampai hari tuanya.
Surat untuk Samantha
Samantha,
Aku masih terkejut dengan hubungan kita. Dan percakapan terakhir kita memang cukup sulit. Kamu tahu, proses perpisahanku dengan Catherine tak akan sederhana. Apalagi, selama ini aku sengaja telah membuatnya terkatung-katung. Dan hubungan kita juga tak akan mudah. Padamulanya akan selalu begitu. Ini adalah irisan-irisan yang sulit. Dan omongan-omonganmu pagi itu membuatku kalang kabut.
Aku masih terkejut dengan hubungan kita. Dan percakapan terakhir kita memang cukup sulit. Kamu tahu, proses perpisahanku dengan Catherine tak akan sederhana. Apalagi, selama ini aku sengaja telah membuatnya terkatung-katung. Dan hubungan kita juga tak akan mudah. Padamulanya akan selalu begitu. Ini adalah irisan-irisan yang sulit. Dan omongan-omonganmu pagi itu membuatku kalang kabut.
Senin, 12 Oktober 2015
Entahlah
Sehabis sholat tadi, aku mengaji lagi. Ya, Tuhan, aku kemarin-kemarin menganggap-Mu tiada. Tepatnya, aku meniadakan-Mu. Aku memang tidak menjadi atheis kemarin, karena seseorang tak perlu menjadi atheis untuk meniadakan-Mu. Aku masih sholat kemarin-kemarin, tapi sholat juga tak menjamin keberadaan-Mu.
Saya Sarjana Beneran, Bukan Sarjana Abal-abal
Pada mulanya Mojok saya kira adalah situs yang lucu. Situs yang menghibur. Namun belakangan saya melihat Mojok semakin sok, semakin menghakimi, dan merasa paling benar. Puncaknya adalah ketika Mojok menaikkan tulisan tidak bermutu dari Azhar Irfansyah tentang sarjana abal-abal.
Minggu, 11 Oktober 2015
Kisah-kisah Mohammad Hatta yang Membuat Kita Tertawa
Kita punya pasangan dwitunggal abadi yang kelakuannya macam langit dan bumi. Pertama, Sukarno yang selalu tersenyum, bahkan tertawa terbahak-bahak dan flamboyan minta ampun. Kedua, Mohammad Hatta yang jarang senyum, sekalinya senyum tidak kelihatan gigi (sunah nabi), serta fobia perempuan.
Genjer
Genjer adalah tanaman rawa yang tumbuh liar di sekitar tanah persawahan, perairan dangkal atau rawa. Biasanya ditemukan tumbuh bersama-sama enceng gondok. Dapat hidup selama satu tahun dan berbunga sepanjang tahun. Dia termasuk salah satu tanaman hortikultura, yakni sejalan dengan fungsi tanaman genjer yang biasanya digunakan sebagai bahan membuat sayuran.
NU, Kretek dan Kedaulatan (Islam) Nusantara
Sebagian besar hasil penelitian tentang kretek jarang menghubungkannya dengan dunia santri (NU) dan Islam Nusantara. Sekilas nampak tak berhubungan, dan bahkan terkesan mengada-ada. Sulitnya menemukan benang merahnya karena minimnya penelitian yang mampu merangkai ketiga tema yaitu kretek, NU dan Islam Nusantara menjadi sebuah continuum diskursif.
Seribu Satu Cara Membina(sakan) Desa
(Catatan Diskusi “Perjalanan Panjang Memerdekakan Ekonomi Desa”)
“Pertanyaan tentang posisi Desa dalam bangunan ekonomi nasional adalah pertanyaan yang berulang-kali digulirkan sejak tahun 70-an.” Demikian Surya Saluang mengawali diskusi “Perjalanan Panjang Memerdekakan Ekonomi Desa” pada Sabtu 19 September 2015 di Kantor Desantara. Ia seolah mengingatkan bahwa kerusakan Desa yang hari ini nampak kasatmata sudah dimulai sejak lama.
“Pertanyaan tentang posisi Desa dalam bangunan ekonomi nasional adalah pertanyaan yang berulang-kali digulirkan sejak tahun 70-an.” Demikian Surya Saluang mengawali diskusi “Perjalanan Panjang Memerdekakan Ekonomi Desa” pada Sabtu 19 September 2015 di Kantor Desantara. Ia seolah mengingatkan bahwa kerusakan Desa yang hari ini nampak kasatmata sudah dimulai sejak lama.
Nenek Moyangku Seorang Backpacker
Siang yang panas pada 15 September 2015. Saya mengangkat tangan sebagai kode pada seorang lelaki berbadan gempal ketika memasuki sebuah simpang jalan di Kota Gorontalo. Lelaki itu bernama Dandhy Dwi Laksono. Di belakangnya, pria gondrong sebahu menyusul. Dia adalah Suparta Arz.
Ketika Bang Buyung Bertemu Tan Malaka
Bukan pengacara biasa. Dia adalah saksi sekaligus pelaku sejarah di republik ini.
Gestok dan Kehancuran Gerakan Perempuan
Gerwani mengajak perempuan melek politik dan aktif dalam pendidikan. Ditumpas ketika huru-hara ’65‒’66 bersama dengan satu generasi perempuan intelektual.
Wijaya Herlambang: G30S dan Teror dalam Kebudayaan
Peristiwa 30 September 1965 merupakan peristiwa perih dan tragis bagi bangsa Indonesia. Peristiwa tragis tersebut, tidak saja menelan korban para jenderal di masa revolusi, namun kemudian juga menjadi bencana yang melibas orang-orang yang tidak berdosa, tidak saja jutaan nyawa tapi juga masa depan anak keturunan mereka.
Berpikir
Aku harus berpikir berkali-kali untuk mengucapkan sepatah kata. Dan kamu harus berpikir dua kali untuk menjawabnya. Sering kali perselisihan pandang muncul dalam kediaman untuk berpikir itu.
Sabtu, 10 Oktober 2015
Racun dan Pemimpin Dunia
Terlalu banyak racun.
Revolusi Jasad
Seandainya sekarang Nabi Musa datang di Indonesia dan menggelar konferensi pers, saya jamin tak ada wartawan yang datang.
Kalau Allah Memerdekakanku
Kalau Allah memerdekakanku untuk bebas menumbuhkan helai-helai rambutku sendiri.
Aku Hidup Tidak Merdeka
Aku hidup tidak merdeka, dan tidak ada kenikmatan melebihi hidup tidak merdeka.
Lomba Tidur Selebritis
Saya menawarkan kepada perusahaan-perusahaan untuk mensponsori Lomba Tidur antarkaum selebritis. Dalam pasal tidur ini, kaum selebritis mampu melakukan tidur yang kebanyakan orang tak sanggup.
Cara Makan Selebritis
Kaum selebritis itu mewah, ilmiah, elite, pokoknya berbeda dengan kebanyakan orang, termasuk dalam soal makan.
Pakaian Selebritis
Anda tentu telah membaca atau mendengar dari banyak massmedia bahwa saya ini termasuk kaum selebritis. Agar supaya lebih mantap sekarang saya niati untuk menampilkan keselebritisan saya.
Selebritis dan Perjuangan
Yang membuat kaum selebritis khas dan elite adalah karena sikap dan cara hidupnya berbeda atau bahkan bertentangan dibanding kebanyakan orang.
Senang dan Ketemu
Seandainya Anda tidak senang ketemu saya, entah karena tidak percaya pada hidup saya, entah karena benci, dengki atau apapun — saya berdoa semoga Allah memperkenankan kita berdua untuk terhindar dari pertemuan, dalam bentuk dan cara apapun selama hidup kita di dunia.
Blessing dan Ndilalah
Kata kebenaran, padanannya adalah the truth, atau bahasa Arabnya: al-haq. Kita pakai kata itu ketika menjelaskan firman Tuhan, teologi, hukum, moral dan lain sebagainya.
Betul dan Benar
Mohon maaf tak sengaja Anda terpaksa ketemu saya lagi.
Sekilo Beras dan Sebiji Ilmu
Seorang kawan berkata: “Semakin banyak kita menuangkan ilmu, jumlah ilmu di dalam diri kita justru semakin banyak. Itulah bedanya dengan benda. Itulah beda antara roh dengan jisim”.
Peran Senyuman dalam Pembangunan
Seorang istri, yang bermurah hati untuk tersenyum tatkala menyambut suaminya datang, menurut Rasulullah akan diganjar kemuliaan oleh Allah setingkat pahala orang melakukan shalat tarawih.
Dilema
ketika aku belajar cengeng
aku menjadi angkuh
aku menjadi angkuh
Kebaikan dalam Rangka
Sahabat saya dari luar kota pada suatu larut malam di Malioboro Yogya menjumpai seorang penjual gudeg yang tampak agak menggigil karena kedinginan.
Jumat, 09 Oktober 2015
Apel Merah
Aku mimpi makan apel. Warnanya merah marun. Manis menggigit. Aku sudah merasakan kelezatannya meski baru kutatap. Begitu segarnya, sampai aku tak tega mengupas apel itu. Aku takut, tiap goresan pisau yang kukenakan akan mencederai warnanya. Tiap sentuhan udara akan mengubah segar dagingnya. Kenapa kelezatan apel hanya bisa hadir lewat goresan pisau? Bisakah kita menikmati tanpa harus mengupas, menguliti. Kutatap apel itu. Ia masih merah marun. Saat ingin kupegang, aku terbangun.
Kamis, 08 Oktober 2015
Nilai Tempat
Pengharapan dan kecemasan ternyata menghalangi penemuan. Pengharapan pada dasarnya memperkerut ruang ekspektasi, sementara kecemasan justru meluaskannya. Tarik-menarik keduanya membesarkan ketidakpastian.
Rabu, 07 Oktober 2015
Sorga Neraka di Kaki Ibu
Ibu saya berkata: “Sorga berada di bawah telapak kaki Ibu itu artinya bukan bahwa Ibumu ini berkuasa atasmu, sehingga tidak ada kebaikan bagimu kecuali mematuhi apa saja kata Ibu kepadamu”.
Misteri Kesabaran
Salah satu kenyataan yang sangat misterius bagi keterbatasan akal manusia adalah praktik-praktik kesabaran Tuhan. Mungkin itu yang menyebabkan Tuhan bergelar Maha Sabar, bukan sangat sabar, atau juga bukan terlalu sabar.
Fragmen Keraguan
[I]
ada kalanya aku harus menjadi cengeng
dan duduk di pojok kamar,
sambil memeluk lutut…
memikirkanmu!
….
ada kalanya aku harus menjadi cengeng
dan duduk di pojok kamar,
sambil memeluk lutut…
memikirkanmu!
….
Selasa, 06 Oktober 2015
Mentari
Aku mengenalmu dalam pagi yang remang. Anganku belum lagi jejag, dan mata ini masih terpicing ketika kamu datang dan tinggal. Sebelumnya kamu adalah mentari yang selalu hadir tiap pagi dan pergi saat senja menjemput. Biasa. Sama seperti tiap tarikan nafasku. Semuanya tak pernah disadari.
Senin, 05 Oktober 2015
Perempuan Pembaca Puisi
Kalau ada perempuan yang tahan berkutat di kepalanya selama berhari-hari, berminggu-minggu, dan berbulan-bulan, maka perempuan itu adalah perempuan pembaca puisi. Dia menemukannya, acuh tak acuh, di pojok Benteng Vriedenburg, senja itu. Rambutnya tercerai, dandanannya menor, dengan bau tubuh Paris. Baju putih selengan membungkus tubuhnya yang jangkung, dengan renda-renda di pergelangannya. Trotoar Malioboro masih mengepulkan debu, senja itu, dan perempuan itu menebarkan aroma kegilaan. Dia baru menyadarinya setelah beberapa hari lewat.
Minggu, 04 Oktober 2015
Tapal Batas
Setiap kali berziarah dia akan memilih berdoa di pusara paling pojok dengan sebuah batu besar dan tanah yang masih merah. Dia tak pernah mempersoalkan pusara siapa yang didoakannya. Dengan begitu dia bisa menemukan kekhusyukan tanpa disibukkan oleh ingatan-ingatan mengenai siapa yang dikubur. Setiap kali menatap pusara itu dia akan dikepung pertanyaan, manakah yang bisa menjelaskan makna pusara: kuburan atas sesuatu yang pernah hidup, atau batas dimana sebuah kehidupan lain sebenarnya baru saja dimulai?
Sabtu, 03 Oktober 2015
Penemuan
Di sebuah kedai, pada petang yang bertenaga, lewat seorang perempuan lelaki itu menemukan bahwa Adam Smith telah membuat sebuah kekeliruan. Individuasi tanpa motif sosial yang hadir lebih dulu tak akan banyak memberikan kemanfaatan. Petang itu dia telah menemukan salah satu rumusan penting dalam teori permainan.
Jumat, 02 Oktober 2015
Perpustakaan
Bagi para penyendiri yang tertutup, gairah terhadap kedekatan terasa ganjil, seganjil hubungan perkawinan antara Einstein dan Mileva. Sayangnya orang-orang ganjil itu mengetahui tempat paling nyaman dimana ketertutupan dan kesendirian mereka tak akan pernah diusik: perpustakaan.
Kamis, 01 Oktober 2015
Logika
Beberapa malam setelah ditinggalkan oleh kekasihnya dia memutuskan untuk menulis sebuah esai,
Langganan:
Postingan (Atom)